Betapa kalut dan malut waktu kulalui.
Pagiku dimakan dengkur, siang masih sama, berliur.
Tak pernah kutadabburi; desau angin levanter, kicau burung di atas ranting-ranting kejaran, Â tarian dedaun mawar, kuncup-kuncup bunga, menuju puncak rububiyyah.
Bahwa setiap yang menghampar adalah bentuk reinkarnasi asma'-asma' tuhan.
Bahwa setiap yang menggenang adalah kehidupan.
Oh,
Entah sampai kapan?
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!