ANTARA AMANAH DAN KASIH SAYANG
Muhammad Ammar Faishal Dzaky
     Â
"Kak Faiz, bangun kak"
Aku yang sedang bermimpi indah terpaksa membuka mata, mencoba mengumpulkan kesadaran. Setelah terkumpul semua, aku bangkit lalu duduk menghadap si pembangun tidurku. "Kenapa Zufar?", tanyaku.
"Anterin aku ke kamar mandi dong kak", pintanya. Aku mengangguk lalu berdiri berjalan menuju kamar mandi yang persis disebelah kamar kami. Dia masuk kamar mandi melakukan hajatnya. Sebelumnya dia berpesan "jangan ditinggal ya". Kubalas dengan bercanda "moh tak tinggal ya, sebentar mau manggilin pocong sekalian biar nemenin kamu nggantikan kakak". Dia menatapku tajam, aku malah tertawa. Serunya menggoda Zufar.
Sambil menunggu Zufar, aku mengecek satu persatu kamar mandi yang jumlahnya ada lima. Kupastikan bahwa semua sudah bersih sesuai dengan intruksiku tadi malam. Ini memang tugasku sebagai ketua asrama. Sebuah amanah yang dibebankan kepadaku ketika aku sudah menginjak kelas 2 SMA, mengatur, mengontrol para santri yang ada di asramaku, khususnya para santri baru. Disamping itu juga, aku adalah pembimbing salah satu kamar di asrama ini. Jumlah kamar di asrama ini ada 10. Setiap kamar beranggotakan 18-20 santri dan ditemani 2 pembimbing. Kecuali kamarku, hanya aku saja yang menjadi pembimbing karena temanku pindah satu minggu lalu.
Pintu kamar mandi Zufar terbuka dia keluar sambil tersenyum lega. "baca doanya dulu Zufar", aku mengingatkan. "oh iya", dia berdo'a lalu berlari dahulu meninggalkanku, aku tertawa kecil sepertinya dia sudah lupa kalau tadi ketakutan. Ku cek lagi kebersihan teras kamar, bagus semua bersih. Aku masuk kamar kulihat Zufar dan kawan-kawannya sudah tidur. Baiklah, saatnya melanjutkan mimpi indah. Eh, tapi gimana caranya biar bisa nyambungin mimpi?.
- ***
Satu minggu berlalu, setelah Zufar membangunkanku di malam hari.
Malam ini aku mengumpulkan seluruh anggota kamarku, aku marah, jelas, bagaimana tidak? Ketika sedang rapat pengurus, tiba-tiba salah satu temanku mengatakan kalau ada yang bertengkar di kamarku. Aku langsung pergi menuju kamar dan benar saja kalau yang bertengkar adalah Hadyan dan Azka. Bukan malah melerai, teman-temannya malah mendukung. Kupukul pintu kamar dengan kencang, mereka baru berhenti. Ketika melihatku semua tertunduk, "KALIAN SEMUA BERDIRI YANG RAPI!!!"
Dan jadilah malam ini semua berdiri rapi sedangkan aku duduk di salah satu ranjang. Kutatap satu persatu wajah mereka dengan rasa kesal, "Azka, Hadyan maju menghadap kakak". Mereka berdua maju berdiri bersisian masih dengan wajah tertunduk. "ada yang bisa menjelaskan semua secara detail? Tidak dikurang dan tidak ditambah".