Mohon tunggu...
Muhamad Akbar Fadhil Mubarok
Muhamad Akbar Fadhil Mubarok Mohon Tunggu... Teknik Informatika

mahasiswa Informatika

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Berkejaran dengan Waktu: Membedah Ilusi Deadline di Dunia Kode

16 Mei 2025   20:44 Diperbarui: 16 Mei 2025   20:44 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Software Engineering Economics & (sumber: AI)

Selama pandemi, seorang teman developer pernah bercanda: "Kodeku selesai bukan karena inspirasi, tapi karena jam dinding di kantor virtual terus berdetak."  Di balik kelakar itu, tersimpan realitas pahit yang diungkap Kuutila dkk. (2020): tekanan waktu adalah penumpang gelap di hampir setiap proyek perangkat lunak.  Kita sering mengira deadline hanyalah tanggal merah di kalender, padahal ia menanam bom waktu di kualitas, kesehatan tim, dan tentu saja---anggaran.

Tulisan ini mengajak kita menelisik ulang obsesi terhadap kecepatan.  Tak sekadar mengulang temuan ilmiah, namun menautkannya dengan nadi ekonomi proyek perangkat lunak.  Karena pada akhirnya, buruburu juga urusan rupiah.

Anatomi Time Pressure: Kenapa Semua Serba Mepet?

"Kalau bisa selesai besok, kenapa lusa?"  --Slogan tak resmi banyak manajer.

Studi Kuutila memetakan empat biang keladi jadwal mimpi:

  1. Estimasi yang terlalu optimis -- Mirip menulis soal matematika dengan angka tebakan.  Begitu realitas datang, rumus runtuh.

  2. Permintaan klien yang lincah -- Fitur berubah seperti cuaca tropis: cerah pagi, badai siang.

  3. Budaya hero lembur -- Kantor yang mengglorifikasi begadang seolah ia mantra produktivitas.

  4. Buffer waktu tipis -- Setiap keterlambatan tahap awal menetes jadi banjir di fase uji.

Mengapa daftar di atas terjadi berulang?  Karena keputusan sering diambil dengan lensa teknis belaka.  Software Engineering Economics mengingatkan: setiap baris kode punya harga, setiap jam lembur punya bunga, dan setiap bug punya biaya reparasi di masa depan (technical debt).  Kala faktor ini diabaikan, jadilah kita meneken kontrak dengan bayangbayang sendiri.

Efek Domino: Dari Sprint ke Sprint -- Kualitas Siapa yang Rebah?

YerkesDodson menyatakan sedikit stres bisa memacu fokus.  Tetapi grafiknya bukan garis lurus; ia menukik tajam saat tekanan melewati ambang.  Kuutila mencatat pola serupa:

  • HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
    Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun