Mohon tunggu...
Muhammad Rasyid Ridho
Muhammad Rasyid Ridho Mohon Tunggu... Guru - Mengabdi di Pondok Pesantren Al-Ishlah. Suka membaca dan menulis. Suka mengajak orang baca buku dan menulis. Suka jualan buku. Menulis banyak tulisan di media massa cetak ataupun online. Telah menulis belasan buku antologi dan satu buku solo kumpulan puisi "Kita Adalah Cinta."

Lahir di Bondowoso. Tepatnya 3 Januari 1991. Saat ini banyak menulis resensi buku, dan menerima permintaan menulis resensi/ review buku dari penerbit atau penulis. Email: penulispembelajar@gmail.com Blog Buku: ridhodanbukunya.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Book

Resensi Buku Anak - Misteri Bukit Berkabut Karya Erlita Pratiwi

3 Oktober 2022   21:31 Diperbarui: 3 Oktober 2022   21:37 656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar cover dari rumahkurcacipos.com 

Novel ini bercerita tentang Rini dan Novi yang liburan akhir pekannya dijadikan untuk berlibur di rumah Bude Ratih, kakak Ibu Rini. Rumah Bude Ratih di daerah perkebunan teh di puncak di daerah Karanganyar, Jawa tengah. Liburan ini bakal menjadi liburan yang menyenangkan sekaligus menegangkan, sehingga tak akan mudah dilupakan oleh mereka berdua. Mengapa?

Jadi, setelah sampai di rumah Bude Ratih, mereka tentu merasa senang dengan rumah Bude Ratih yang khas, udara yang segar, dan tempat bermain yang menyenangkan. Sayangnya, ada satu orang yang membuat suasana menjadi kurang menyenangkan. Dialah Pakde Roso, kakak Bude Ratih.

Ketika Rini dan Novi bersama Bude Ratih, tiba-tiba Pakde Roso datang dan memarahi Bude, karena tidak mencari kaleng teh putih yang hilang. Seketika itu obrolan mereka berhenti dan Bude pun kembali sibuk mencari teh putih yang hilang tersebut. Sejak itu pula Novi jadi penasaran mengapa teh putih yang mengapa menjadi sebuah keributan. Padahal, mereka tinggal perkebunan Teh, tinggal nanam dan metik lagi saja bisa.

Ternyata tidak semudah itu. Setelah diberitahu oleh Rini, akhirnya Novi baru tahu yang membedakan teh putih dengan teh biasanya. Teh putih mulai dikenal di Cina pada masa pemerintahan Dinasti Song (960 M -- 1270 M). Hingga kini, teh putih masih langka dan tidak mudah ditemui. Teh Putih berasal dari pucuk teh dan dua helai daun termuda yang belum terbuka dan masih diselimuti bulu-bulu berwarna putih keperakan seperti uban. Pada proses pemetikan teh putih tidak boleh terkena tangan secara langsung, tidak rusak oleh serangga, tidak menyentuh tanah, dan dipetik antara pukul 05.30 -- 09.00. Pucuk teh ini kemudian dikeringkan dengan bantuan snar matahari dan angin pegunungan, bukan dengan mengalirkan uap panas di pabrik teh (halaman 26).

Setelah tahu ini, Rini dan Novi pun semakin penasaran juga, siapa sebenarnya yang mengambil Teh Putih milih Pakde Roso dan Bude Ratih. Mereka pun mencoba menyelidiki dan mencoba membongkar misteri ini. Bahkan, penyelidikan ini sampai membawa mereka ke bukit yang berkabut dan terkenal angker.

Sampai di sana mereka yang memang juga takut, bertemu dengan sosok yang menyeramkan dan sekilas mirip dengan orang yang biasa bekerja di rumah Bude Ratih. Apakah orang tersebut adalah orang yang sama atau beda orang? Apakah dia yang menjadi pencuri teh putih Bude Ratih? Biar nggak penasaran, ketimbang saya bocorkan, lebih asyiknya, baca langsung buku ini.

Buku ini tidak hanya bercerita tentang petualangan Rini, Novi, dan segala hal tentang teh mulai sejarah dan cara menyajikannya, tetapi juga membahas tentang kuliner yang ada di Jawa Tengah, seperti soto karang, wedang uwuh, tengkleng dan sebagainya. Selain itu, buku ini juga membahas dan menjelaskan tentang tempat-tempat bersejarah seperti Pabrik Gula Tasik Madu, Candi Cetho dan Candi Sukuh.

Jadi, buku ini tidak hanya menghibur, tetapi juga memberi pembaca inspirasi dan pengetahuan tentang Jawa Tengah. Dengan membaca pengetahuan tersebut, tidak hanya membuat otak gembira, tetapi juga membuat hati menjadi lebih cinta kepada Indonesia. Harapannya penulis mungkin begitu, dan ini akan dirasakan oleh pembaca, insya Allah.

Akhirnya, buku ini cocok jadi teman akhir pekan. Menemani liburan santai, sambil berpetualang ke Jawa Tengah tanpa ongkos berangkat dan pulang. Selamat membaca!

Pernah dimuat di Harian Singgalang.

*

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun