Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis

Live to the point of tears.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Teater Alam Raya

12 Januari 2021   06:44 Diperbarui: 12 Januari 2021   06:53 983
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para aktor itu adalah kita | Ilustrasi oleh Free-Photos via Pixabay

"Saya permisi pulang, Tuan. Ibuku pasti sedang menunggu."

"Ya, kamu sedikit nakal."

Anna tertawa lembut merasa tersindir oleh pria itu. Wajahnya sedikit memerah. Ia sedikit menundukkan kepalanya sejenak sebagai tanda hormat dan segera berjalan pulang menuju rumah.

"Aku sering ke sini. Anda bisa menemuiku di kursi yang sama lain waktu," teriak Anna seiring kakinya melangkah.

"Ya, kita akan membicarakan skenario kedua dari teater alam raya," balas pria itu yang sempat membuat Anna berhenti dan berbalik. Tapi Anna ingin merenungkan sendiri; apa maksud dari skenario kedua?

Sepanjang jalan menuju rumah, kebisingan kota tak menghentikan pikiran Anna untuk bekerja. Hatinya terus mengucapkan, "Skenario kedua." Apa maksud pria itu?

***

Sekarang hampir pukul sembilan malam. Anna baru saja menyelesaikan tugas sekolahnya. Sebelum pergi tidur, ia mengambil buku catatan hariannya lengkap dengan pena di laci meja belajar. Ia membuka lembar ke-22. Anna menulis:

Kita seperti aktor yang tiba-tiba muncul dalam sebuah pertunjukan teater. Tentu seorang sutradara sudah mempunyai skenarionya. Dan seiring waktu, para aktor perlahan tahu isi skenario itu. Sebagian menjalankan peran sesuai skenario, dan yang lain tak ingin bermain dengan skenario. Mereka seperti para pelawak. Karenanya mereka yang bermain tanpa skenario patut ditertawakan sebab sering mengabaikan akalnya sendiri. Barangkali mereka lupa bahwa skenario itu adalah kunci keberhasilan para aktor. 

Tapi, mungkin juga kita sedikit lupa, bahwa Sang Sutradara juga Sang Pencipta. Ya, Dialah Sang Pencipta skenario dan para aktor. Dia berkuasa atas segala sesuatu yang ada di pertunjukan teater raksasa ini. Dan itu berarti, Dia mempunyai skenario kedua. Para aktor tidak bisa terhindar dari skenario kedua ini. Semua terjadi berdasarkan skenario kedua Sang Sutradara. Satu-satunya yang membedakan, adalah cara para aktor dalam menanggapinya.

Tapi, aku bahkan cukup ragu, mungkin itu pun sudah tercatat di dalamnya juga. Yang pasti, Tuhan bukan seorang dalang! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun