Di laboratorium kecil itu, di antara alat uji modern dan lemari kaca berisi ramuan kering, tergantung foto Mak Ranti tersenyum. Di bawahnya terdapat kutipan dari catatan tuanya:
"Jangan anggap rendah yang berbau tidak sedap, sebab Tuhan menyembunyikan kesembuhan dalam ketidaksempurnaan."
Rendra kini dikenal sebagai dokter herbal terkemuka. Nadira mengelola lembaga riset, sementara masyarakat kota mulai menyadari bahwa kekuatan penyembuhan sejati bisa lahir dari tanah desa yang sederhana.
Setiap sore, sebelum matahari tenggelam, Rendra selalu berjalan ke kebun belakang rumah. Di sana berdiri pohon mengkudu tua yang dulu ditanam Mak Ranti. Ia menyentuh batangnya perlahan dan tersenyum.
"Wangi yang dulu dianggap hina, kini menjadi penawar hidup bagi banyak jiwa."
Angin senja kembali berembus, membawa harum lembut yang menenangkan hati---harum yang tak lagi dihindari, melainkan dirindukan.
Dan di balik senja yang berwarna keemasan itu, rahasia mengkudu tetap hidup --- sebagai warisan ilmu, cinta, dan kemanusiaan yang abadi.
---------------Selesai----------------
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI