Mohon tunggu...
muhalbirsaggr
muhalbirsaggr Mohon Tunggu... Guru sekaligus Operator/telah menulis Buku Antologi Jejak Pena dan Lukisan Rasa

Saat ini giat Menulis/orangnya pendiam-pekerja keras/konten favorit aku adalah Karya Fiksi/Non Fiksi, Inovasi pendidikan, Puisi serta perjalanan wisata

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rahasia Mengkudu di Balik Senja

18 Oktober 2025   06:51 Diperbarui: 18 Oktober 2025   06:51 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tanaman Mengkudu di depan Sekolah (M.2025)

Ibunya semasa hidup sering berkata, "Dulu, nenekmu menyembuhkan banyak orang dengan ramuan mengkudu. Tapi di kota, siapa yang mau percaya pada buah berbau busuk itu?"

Kata-kata itu selalu terngiang di kepala Rendra. Ia merasa bersalah karena tidak sempat mencarikan pengobatan yang tepat bagi ibunya. Dalam duka yang panjang itu, ia menemukan sebuah buku catatan tua di lemari kayu peninggalan ibunya. Di halaman pertama tertulis dengan tinta luntur:

"Rahasia penyembuhan tidak hanya ada di laboratorium, tetapi juga di tanah yang sabar menumbuhkan kehidupan."

Di bawahnya tertulis nama: Ranti, Sukaendah, 1978.

Rendra terpaku. Nama itu terasa asing namun sekaligus dekat di hatinya. Ia membuka halaman-halaman berikutnya dan menemukan catatan tentang ramuan dari buah dan daun mengkudu, cara fermentasi alami, hingga catatan empiris tentang pasien yang sembuh dari berbagai penyakit hati. Semua ditulis dengan bahasa sederhana namun terstruktur seperti laporan penelitian.

"Mak Ranti..." gumamnya.
Hatinya tergerak. Ia merasa harus pergi ke desa itu, tempat asal ibunya, untuk mencari kebenaran di balik catatan tua tersebut. Bukan hanya demi ilmu, tetapi demi menenangkan hatinya yang resah.

Bagian II -- Ramuan yang Terlupakan
Perjalanan Rendra ke Desa Sukaendah tidak mudah. Jalan menuju desa masih berupa tanah berbatu. Namun begitu sampai di sana, ia merasakan sesuatu yang tidak pernah ia temukan di kota: ketenangan. Burung-burung bertengger di dahan mangga, suara air mengalir dari sungai kecil, dan di kejauhan, aroma khas mengkudu menguar lembut tertiup angin.

Ia berhenti di depan rumah kayu tua bertuliskan "Ranti Herbal -- Pengobatan Alami."
"Permisi, apakah ini rumah Mak Ranti?" tanyanya sopan.

Pintu kayu terbuka perlahan. Seorang perempuan tua dengan kain batik di bahunya menatap tajam namun hangat.
"Saya Mak Ranti. Siapa kamu, Nak?"
"Saya Rendra, cucu almarhumah Sri Utami. Saya datang mencari pengetahuan tentang ramuan mengkudu yang Mak tulis di buku lama."

Mak Ranti tertegun. Tangannya gemetar.
"Utami... Jadi kamu anaknya Diah, ya? Sudah lama sekali aku tak dengar kabar dari keluarga itu."

Rendra mengangguk. Ia menceritakan tujuan kedatangannya---untuk memahami ramuan mengkudu yang mungkin bisa menjadi dasar penelitian medis modern. Mak Ranti menatapnya lama.
"Banyak orang datang ke sini mencari ilmu, tapi tak banyak yang datang dengan hati," katanya lirih.
"Kalau niatmu sungguh, aku akan ajarkan. Tapi kamu harus belajar dengan tangan, bukan hanya dengan otak."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun