Mohon tunggu...
Tari Abdullah
Tari Abdullah Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Nama lengkap Mudjilestari tapi lebih sering disapa dengan Tari Abdullah profesi sebagai penulis, conten creator, dan motivator. Ibu dari 4 anak berstatus sebagai single parent. Berdarah campuran sunda - jawa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kado Terindah

2 Juli 2020   05:36 Diperbarui: 2 Juli 2020   05:29 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi/kado/photo:doc.pri

"Kenapa? Kalian tidak ingin berbulan madu?"

"Ehmmm, bukan begitu Mas, kami merasa terlalu tua untuk itu." sanggah Sultan.

"Ha ha ha.. Usia boleh menua, tapi cinta harus tetap muda sepanjang masa." Mas Anan  tertawa, dari belakang panggung muncul Gischa, Sitha dan Mas Bram.

"Kami cuma bisa kasih paket bulan madu ini buat kalian, semoga bisa menjadi kenangan terindah buat kalian, dari kami, para sahabat yang selalu mendukung kebahagian kalian." Mas Bram turut menyuarakan isi hatinya.

"Jadi kalian repot-repot menyiapkan paket bulan madu ini untuk kita?" tanya Lintang, hatinya makin sesak tak sanggup menampung haru yang bertubi-tubi

"Buka dong!" sebuah suara menyeru dari kejauhan, Roy dan Rey nampak  tertawa menggoda ayahnya yang tengah bahagia.

"Iya buka, kita pengen tahu bulan madunya," sahut Anggie dan Bobby semarak.

"Baiklah, kita akan buka bersama  kado pernikahan dari kalian, sahabat-sahabat terbaik. Tanpa kalian semua, pernikahan ini tidak akan pernah terjadi, tanpa kalian, saya dan Lintang tidak akan bisa bersatu kembali." kata Sultan.

"Bismillah.." Sultan membuka pelahan amplopnya dengan tangan gemetar.

"Allahu Akbar," pekiknya terkejut. Serta merta Lintang menoleh dan meraih amplop dari tangan suaminya. Seketika itu juga Asma Allah meluncur dari mulutnya. Air matanya kembali mengalir deras tak tertahankan.

"Masya Allah..., kalian..," Lintang tak sanggup melanjutkan kalimatnya, ia menghambur memeluk Sitha dan Gischa. Tangisnya pecah, tak ada kata yang sanggup mewakili bahagia, haru dan takjub yang terhimpun jadi satu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun