"Kenapa? Kalian tidak ingin berbulan madu?"
"Ehmmm, bukan begitu Mas, kami merasa terlalu tua untuk itu." sanggah Sultan.
"Ha ha ha.. Usia boleh menua, tapi cinta harus tetap muda sepanjang masa." Mas Anan  tertawa, dari belakang panggung muncul Gischa, Sitha dan Mas Bram.
"Kami cuma bisa kasih paket bulan madu ini buat kalian, semoga bisa menjadi kenangan terindah buat kalian, dari kami, para sahabat yang selalu mendukung kebahagian kalian." Mas Bram turut menyuarakan isi hatinya.
"Jadi kalian repot-repot menyiapkan paket bulan madu ini untuk kita?" tanya Lintang, hatinya makin sesak tak sanggup menampung haru yang bertubi-tubi
"Buka dong!" sebuah suara menyeru dari kejauhan, Roy dan Rey nampak  tertawa menggoda ayahnya yang tengah bahagia.
"Iya buka, kita pengen tahu bulan madunya," sahut Anggie dan Bobby semarak.
"Baiklah, kita akan buka bersama  kado pernikahan dari kalian, sahabat-sahabat terbaik. Tanpa kalian semua, pernikahan ini tidak akan pernah terjadi, tanpa kalian, saya dan Lintang tidak akan bisa bersatu kembali." kata Sultan.
"Bismillah.." Sultan membuka pelahan amplopnya dengan tangan gemetar.
"Allahu Akbar," pekiknya terkejut. Serta merta Lintang menoleh dan meraih amplop dari tangan suaminya. Seketika itu juga Asma Allah meluncur dari mulutnya. Air matanya kembali mengalir deras tak tertahankan.
"Masya Allah..., kalian..," Lintang tak sanggup melanjutkan kalimatnya, ia menghambur memeluk Sitha dan Gischa. Tangisnya pecah, tak ada kata yang sanggup mewakili bahagia, haru dan takjub yang terhimpun jadi satu.