"Kalian ini ya.., ternyata banyak sekali yang kalian rahasiakan dari aku, curang ah." sungut Lintang mendaratkan cubitan di pinggang Sitha dan Gischa bergantian.
"Jangan-jangan masih banyak lagi rahasia yang kalian sembunyikan, awas ya.., kalau sampai tahu.." Lintang sewot, tapi justru disambut tawa nakal kedua sahabatnya.
Pintu diketuk, Mas Anan memberi tahu bahwa akad nikah segera dimulai.
"Ya udah, kita tinggal dulu ya," Gischa menepuk bahu Lintang. Diikuti Sitha, keduanya keluar dari kamar bergabung dengan undangan lainnya.
Dari kamarnya, Lintang bisa mendengar prosesi ijab qobul dilangsungkan. Sultan memberikan mahar seperangkat alat sholat dan hafalan surat Ar Rahman. Suasana begitu hening dan sakral saat surat Ar Rahman dibaca kan dengan tartil yang begitu merdu. Setelah ijab qobul diikrarkan Sultan, air mata Lintang menetes tak henti. Rasanya seperti mimpi. Akhirnya setelah melalui banyak cerita dan luka, cintanya bermuara pada hati yang tepat. Lintang resmi menjadi seorang istri setelah belasan tahun menjanda.
_Barakolahu, barakallahu laka, wa baraka alayka wa jama'a baynakuma fi khayr_
Telinga Lintang  mendengar suara ketukan dari arah pintu.
Lintang menoleh, yang dilihat adalah  sebuah tangan  menggenggam handle pintu yang perlahan dibuka. Sementara aroma maskulin yang khas dari  tubuh Sultan  berebut memasuki indra penciuman Lintang, membuatnya melayang menikmati sensasinya.
"Assalamualaikum.."
Sapaan pertama dari laki-laki yang berdiri sempurna yang kini telah resmi menjadi suaminya.
"Wa'alaikumussalam," balas Lintang lirih
Tatapan mereka bertemu, seolah ingin meluahkan banyak cerita yang membebaskan rindu yang terpasung lama, Â Sultan berjalan perlahan mendekati Lintang, yang segera menyambut tangan Sultan, mencium punggung tangannya takjim.