"Ha ha ha.., penasaran ya,"
"Sebenarnya semua terjadi tanpa sengaja, waktu kita liburan ke Trawas bersama ibunya Mas Bram waktu itu, nggak sengaja aku ketemu Sultan. Aneh aja sih, waktu itu merasa pernah kenal tapi lupa."
"Kemudian waktu kita bertiga makan di restoran makanan laut, aku bertemu lagi dengan Sultan. Karena penasaran, akhirnya aku hampiri dia dan minta nomer teleponnya. Ternyata aku baru ingat kalau dia adalah Sultan, Aku pernah ketemu dengannya waktu di kantor Jakarta. Sejak itulah aku berhubungan dengan Sultan, dia banyak cerita tentang dirinya dan sering menanyakan keadaan kamu."
" Kok kamu nggak pernah cerita? " protes Lintang.
" Waktu itu kamu baru saja kehilangan Remund, sebenarnya aku ingin cerita, tapi tak sampai hati. Aku percaya kalau memang jodoh, maka rasa itu akan aman tersimpan sampai saatnya tiba."
"Lalu acara makan malam di villa itu juga kalian yang mengaturnya?" Lintang masih penasaran
"Sultan menyampaikan kalau dia ingin menikahimu, ia minta tolong padaku untuk menyampaikan padamu. Tapi ia tidak ingin kamu tahu, ia ingin dirahasiakan identitasnya. Biar kamu penasaran katanya, lagipula kalau misalnya waktu itu kamu menolak, dia tidak malu."
"Dan ketika aku bilang bahwa kamu bersedia untuk bertemu, Sultan langsung berinisiatif  melamar kamu. Dia nggak mau berlama-lama menunggu takut kamu berubah pikiran lagi."
"Lalu mengapa memilih villa ini?" potong Lintang.
"Setelah bercerai dengan istrinya, Sultan memutuskan berhenti bekerja dan meninggalkan Jakarta. Sultan membeli villa ini untukmu."
"Untukku...?" Lintang tercekat.