Mohon tunggu...
M Topan Ketaren
M Topan Ketaren Mohon Tunggu... Konsultan Perkebunan (Advisor) at PalmCo Indonesia

Manajer senior dengan pengalaman 31 tahun di industri perkebunan. Bekerja dengan berorientasi pada detail dan pengembangan industri perkebunan.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Dilema Perkebunan Sawit - Antara Kemakmuran dan Kelestarian Lingkungan

25 Juni 2025   23:40 Diperbarui: 25 Juni 2025   23:40 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumentasi Pribadi (M. Topan Ketaren)

Keikutsertaan masyarakat dalam perancangan tata ruang, pengamatan sosial, dan rancangan CSR akan mempertegas justifikasi perusahaan dan industri sawit dalam jangka panjang.

Peran Pemerintah dan Regulasi

Saya tidak bisa menutup mata terhadap pentingnya peran negara dalam mengatur keseimbangan ini. Pemerintah harus menjadi wasit yang adil---bukan hanya memberi ruang untuk investasi, tapi juga mengawal pelestarian.

Sejumlah kebijakan, seperti pantangan membuka lahan gambut baru, merupakan prosedur yang tepat. Namun implementasinya masih perlu pengawasan ketat. Selain daripada itu, komisi perpajakan bagi perusahaan yang benar-benar menerapkan prinsip berkelanjutan harus diberikan lebih nyata.

Petani Sawit Rakyat -- Pilar yang Sering Terlupakan

Dalam setiap diskusi tentang sawit dan lingkungan, saya selalu menekankan pentingnya melibatkan petani rakyat. Mereka mengelola lebih dari 40% dari total luas kebun sawit nasional. Namun sayangnya, sebagian besar dari mereka belum memiliki akses pada teknologi, pelatihan, atau modal untuk bertransformasi ke arah sawit berkelanjutan.

Program plasma digital, pelatihan teknis berkelanjutan, dan integrasi petani rakyat ke dalam rantai pasok perusahaan besar adalah kunci. Jika kita berhasil memberdayakan mereka, maka potensi sawit rakyat untuk menjadi penjaga lingkungan sekaligus pendorong ekonomi akan semakin besar.

Penutup -- Sawit Bukan Masalah, Tapi Pilihan

Saya ingin menutup tulisan ini dengan satu refleksi penting: kelapa sawit bukan musuh, tapi alat. Apakah alat itu akan digunakan untuk kesejahteraan atau kehancuran tergantung pada bagaimana kita mengelolanya.

Dilema sawit bukan soal hitam putih. Ia adalah ruang negosiasi antara ekonomi dan ekologi, antara kepentingan hari ini dan warisan masa depan. Dan di tengah dilema itu, kita semua---praktisi, regulator, akademisi, hingga konsumen---memiliki peran penting.

Sebagai seorang yang telah mengabdikan hidupnya di sektor ini, saya percaya bahwa sawit Indonesia bisa menjadi simbol kemakmuran yang lestari. Tapi untuk itu, kita butuh keberanian, integritas, dan visi yang panjang.

M. Topan Ketaren
Profesional perkebunan dengan pengalaman lebih dari 30 tahun di sektor kelapa sawit, karet, kopi, dan kakao. Saat ini aktif mendorong transformasi keberlanjutan dan regenerasi SDM di industri perkebunan Indonesia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun