Kegembiraan panen padi yang kusaksikan pagi itu adalah kegembiraanku. Itulah eksistensiku, sawah yang berbagi untuk kehidupan bersama.
Tak ada pertanyaan seberapa besar keuntungan. Itu bukan pertanyaan sawah. Tapi pertanyaan para kapitalis. Mereka ada di sekitar areal persawahan itu, mengintai, lapar tanah.
Bagiku, sawah, yang utama bukan seberapa banyak hasil tuaian. Tapi seberapa besar kegembiraan berbagi hasil panen dengan sesama.
Maka inilah aku, sawah yang berbagi. Berbagi dengan saudara sesama manusia; saudara burung pipit di langit dan para walang sangit; saudara keong mas, tikus, dan para belalang.Â
Aku sawah. Dahulu sawah, kini pun masih sawah.Â
Tapi, Tuhan Allahku, janganlah aku menjadi sawah terakhir. [eFTe]
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI