Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Terimakasih, Saudara Roy Suryo

20 Juni 2022   05:53 Diperbarui: 20 Juni 2022   16:32 2392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stupa Budha di candi Borobudur (Foto: De Spiegel via tribunnews.com)

Karena setuju, maka Roy Suryo mengunggah-lanjut foto "stupa Budha berwajah mirip Jokowi" itu di akun twitternya. Tidak ada satu katapun dari Roy yang mengkritik, apalagi mencela gambar itu sebagai sesuatu yang tak pantas. Jangan kata menilainya sebagai penghinaan pada Budha ataupun Jokowi.

Mengapa Roy Suryo setuju pada rekayasa foto "stupa  Budha berwajah mirip Jokowi"? Tak bisa lain karena Roy Suryo  memiliki kesamaan posisi sosio-politik (socio-political standing) dengan perekayasa foto itu.

Posisi sosio-politik yang saya maksud begini:

  1. Perekayasa/pengunggah foto itu pasti bukan seorang penganut agama Budha. Seorang penganut Budha tak akan merendahkan Nabinya dengan mengedit wajah stupa Budha menjadi mirip Jokowi, seorang manusia biasa. Bisa dikatakan perekayasa itu tak perduli, apalagi menaruh hormat, pada Nabi agama selain agamanya sendiri.  
  2. Perekayasa/pengunggah foto itu pasti bukan dari kelompok pendukung Jokowi, melainkan dari kelompok yang beroposisi, atau sekurangnya tak suka,  kepada pemerintahan Jokowi. Hanya seorang oposan yang tega menggelari Jokowi sebagai "I Gede Utange Jokowi" dan menyebut foto stupa Budha berwajah mirip Jokowi itu sebagai "patung dewa anyar" di Borobudur.
  3. Pengeditan wajah stupa Budha menjadi mirip Jokowi merupakan sindiran kepada Presiden Jokowi dan pendukungnya yang dinilai telah "mendewakan" Jokowi. "Pendewaan" semacam itu dianggap melegitimasi Jokowi mengambil keputusan-keputusan "luar biasa", seperti pemindahan IKN dan perubahan sistem tiket Borobudur itu.

Bisa disimpulkan,  "foto stupa Budha berwajah mirip Jokowi" itu memang mewakili perasaan dan pikiran oposisi Roy Suryo terhadap Jokowi dan pemerintahannya. Karena itu, bukannya mencela atau mengritiknya, dia malah mengunggah ulang foto sehingga menjadi semakin viral.  

Fokus Roy Suryo dalam cuitannya itu adalah Jokowi, "dewa anyar" itu,  bukan Budha. Jadi dia tak peduli pada kemungkinan pengunggahan ulang foto itu  meluaskan penistaan terhadap Nabi Budha. Dia  hanya akan perduli, dalam arti akan menggugat perekayasa foto, jika stupa Budha itu dibuat berwajah mirip, misalnya,  SBY.

***

Benar saja, unggahan-ulang foto stupa Budha berwajah mirip Jokowi oleh Roy Suryo langsung viral dan menuai banyak kecaman dari warganet. Itu audah bisa diduga, mengingat Roy tergolong "selebritas politik", mantan Menpora dan sosok kontroversial. Dia adalah politisi Partai Demokrat yang beroposisi pada pemerintahan Jokowi.

Banyak pihak kemudian menilai Roy Suryo telah menista nabi agama Budha, dan sekaligus menisra Jokowi. Belakangan, fokus tuduhan adalah penistaan Budha, sosok sekaligus simbol inti dalam iman Budha. Karena itu, Roy Suryo telah diadukan kepada pihak kepolisian.

Dihadapkan pada kecaman dan pengaduan itu, Roy Suryo langsung menghapus unggahannya, lalu memajukan dalih bahwa:

  1. Bukan dia (Roy Suryo) perekayasa dan pengunggah pertama foto itu. Sudah ada tiga akun pengunggah terdahulu sejak 7 Juni 2022. Roy mengaku hanya di-mention, lalu membalasnya dengan unggahan yang menjadi viral dan kontroversial itu.  
  2. Roy Suryo merasa telah menjadi korban provokasi para buzzer yang menuduhnya menyebar-luaskan foto stupa Budha untuk menghina Budha dan Jokowi sekaligus.
  3. Roy Suryo menilai unggahannya itu justru membantu polisi untuk mengungkap akun-akun perekayasa/pengunggah terdahulu foto tersebut, dan siap membantu sebagai saksi.

Pada titik inilah saya harus berterimakasih kepada Saudara Roy Suryo. 

Mengapa? Karena dengan kasus Roy Suryo saya telah mendapatkan bukti kuat yang mengukuhkan hipotesa rekan segrup perpesanan di awal tulisan ini -- yang tadinya saya ragukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun