Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Poltak #081] Pelangi di Mata Bening

16 November 2021   06:17 Diperbarui: 16 November 2021   08:43 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kolase foto oleh FT (Foto: kompas.com/dok. istimewa)

"Ha ha ha. Seru."

"Iya. Tapi kasihanlah burung-burung gelatik itu. Mereka berputar-putar terus di langit. Sampai pusing kepalanya lalu berjatuhan ke sawah. Kami tinggal memunguti untuk digoreng ..."

"Hah! Pembual!" Berta memukul keras lengan Poltak. Gelak-tawa mereka memenuhi dangau.

"Hei. Poltak, lihat. Ada pelangi!" teriak Berta sambil menunjuk ke timur, ke kaki Dolok Simanuk-manuk.

Hujan ternyata telah reda. Tapi masih menyisakan renyai. Sinar matahari yang sudah mulai condong ke barat menembusi butir-butir halus renyai. Lalu warnanya terurai menjadi pelangi di kaki Dolok Simanuk-manuk.

"Ah, cantik kalipun," seru Poltak. Matanya berbinar, takjub. "Ompungku bilang," lanjutnya, "kalau kita meniti pelangi itu, di ujungnya akan bertemu dengan pariban."

"Ujung pelanginya ada di dangau ini," sambar Berta tak terduga. Sambil tertawa geli.

"Hah!" Poltak terkesiap. Tapi kemudian ikut tertawa geli. Sadar dirinya dan Berta marpariban.

Lagi, di mata bening Berta, Poltak melihat pendar pelangi. Warna-warninya lebih cerah dari pelangi di kaki Dolok Simanuk-manuk.

Ada rasa  hangat meresap ke dalam hati Poltak. Sesuatu yang belum pernah dirasakannya. Dia tak paham rasa apa itu. Tapi dia paham dirinya kesepian tinggal berdua dengan neneknya. Dia pernah berharap ada seorang adik perempuan selalu di sisinya. Adik untuk berbagi rasa.

"Poltak! Berta! Pulang!"  Ada teriakan dari jauh. Suara yang tak asing lagi bagi Poltak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun