Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Poltak #068] Calon Pastor dari Panatapan

21 Juli 2021   17:11 Diperbarui: 21 Juli 2021   19:24 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kolase foto oleh FT (Foto: kompas.com/dok.istimewa)

Di jalan raya, jika ada Si Bontar Mata, Si Mata Putih, sebutan untuk orang Belanda atau bule, naik motor pit besar merek Triumph, Norton,atau BSA, maka anak-anak dan orang dewasa akan melambai sambil berteriak, "Pastor! Pastor!" Dia yang dipanggil pastor itu akan membalas lambaian sambil tersenyum.  Di mata Poltak, itu keren sekali.

Sampai awal 1970-an, sejumlah pastor yang melayani umat di wilayah Paroki Parapat adalah keturunan Belanda.  Walaupun mereka sebenarnya sudah menjadi warga negara Indonesia.

Di gereja, saat mempersembahkan Sakrament Ekaristi,  di mata Poltak, pastor itu tampil sangat kharismatis.  Penuh kuasa ilahi. Dalam momen konsekrasi, dia mengubah roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus, Juru Selamat manusia.  Pengalaman imani itu meneguhkan niat Poltak menjadi pastor. 

Di rumah warga, saat pastor bermalam untuk menyemangati umat, dia akan disuguhi kue-kue enak dan lauk gulai ayam. Gadis-gadis dan ibu-ibu muda berebutan melayani kebutuhan pastor, atau sekadar mengerubutinya sambil menanyakan ini dan itu. Bagi Poltak, dikerumuni para perempuan itu sangat keren.  Tepatnya, ada rasa iri dalam dirinya.

Rasa iri yang kelak akan disesalinya.  Sebab jika hanya ingin dikerubuti perempuan maka, ternyata,  tak perlu menjadi pastor. Cukuplah menjadi tukang sayur keliling di Jakarta.

Entah terpukau, atau mungkin juga paham, tak ada lagi teman-teman yang mengejek atau menertawakan Poltak karena cita-citanya menjadi pastor. Guru Harbangan juga tak bertanya apa pun lagi.

Tapi, setelah lonceng bubar sekolah berdentang, saat Poltak telah keluar dari ruang kelas dan melangkah ke arah jalan raya, seseorang bertanya dengan suara pelan dari jarak selangkah di belakangnya, "Poltak!  Kau serius mau jadi pastor?"

Poltak berhenti, lalu membalikkan badan. Selangkah di hadapannya, berdiri Berta,  diam  terpaku. (Bersambung)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun