Tampak ujung telunjuk, jari tengah, dan jari manus memerah lepuhakibat selomotan api. Berta dan jawan-kawannya sedang membakar sampah di pekarangan belakang sekolah. Karena gegabah saat menuang tambah minyak tanah, jemari tangan kanan Berta tersambar nyala api yang mendadak kobar.
"Santabi, Gurunami. Untuk apa pasta gigi?" Poltak bertanya heran.
"Untuk dioleskan di jari Berta yang melepuh. Agar tak melentung, Poltak!"
Entah dari mana Guru Paruhum mendapatkan resep aneh itu. Bagi Poltak, pasta gigi  itu gunanya untuk gosok gigi. Bukan obat untuk kulit lepuh tersulut api.
"Pakai air putih saja, Gurunami. Jangan pakai pasta gigi."
"Bah! Poltak! Sudah rintik kau rupanya. Kalau kena air, gembunglah itu lepuh di jari-jari Berta!"Â
Guru Paruhum mulai naik darah. Poltak dikatainya rintik, kentir, ada sinting-sintingnya.
"Tidak, Gurunami. Tidak gembung. Pasti sembuh. Ini cara rahasia dari ompungboruku. Aku, kalau lepuh diselomot api, diobati dengan cara itu."Â
Poltak berkeras. Â Ini bukan lagi soal keyakinan semata. Tapi juga sudah menyangkut reputasi neneknya.
"Ini pasta giginya, Gurunami." Terengah-engah, Tiur menyerahkan pasta gigi kepada Guru Paruhum.
"Berta, sini jari-jarimu Pak Guru obati." Guru Paruhum memencet tube pasta dengan tangan kiri. Dipeletkannya sedikit pasta itu di ujung telunjuk kanan.