Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Poltak #010] Losung Aek Angker

21 September 2020   14:47 Diperbarui: 21 September 2020   18:32 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Disain Sampul: Felix Tani; Foto: Erabaru.com

Maka jadilah seperti itu. Setahun kemudian lahirlah Benget.  Karena dirasa kurang ramai, ditambahlah dua orang anak lagi: Tiurma, anak perempuan dan Sahat, anak laki-laki.  Semudah itulah hidup.

Poltak masih meringkuk di ranjang.   Rasa malas menjalari seluruh otot dan sendinya.  Tambahan, sakit giginya kambuh pula.  

"Ayo, Poltak!  Ayam saja sudah bangun!"  Kakek Poltak berteriak dari dapur.  

"Iya, ompung,"  Poltak melompat dari ranjang. Terkantuk-kantuk, sambil memegangi pipi kirinya yang terasa bengkak karena sakit gigi, dia melangkah ke dapur.  

Di depan perapian, kakek, nenek dan Benget sedang berdiang.  Berada pada ketinggian 1,200 meter di atas permukaan laut, suhu udara Panatapan sangat dingin.  Berdiang adalah solusinya.

"Kumat lagi sakit gigimu, ya," tanya neneknya. Poltak mengangguk, dengan mimik kesakitan.

"Sudahlah.  Jangan jadi alasan.  Kau berjalan pakai kaki, bukan gigi," tukas kakeknya.  Poltak mati kutu.

"Ayo, berangkat.  Keburu pagi."  Nenek Poltak mengajak Poltak dan Benget pergi.  Kakek Poltak tinggal di rumah.

Udara di luar rumah lebih dingin lagi, tinggalan hujan tadi malam.  Gigi Poltak gemerutuk, menambah rasa sakit, walau tak dipakai untuk jalan.

"Enak benar menjadi kakek," sungut Poltak dalam hati.  "Tak perlu ikut menyunggi gabah ke Losung Aek."

Jarak Panatapan ke Losung Aek sekitar dua kilometer.  Menyunggi sekarung kecil gabah, sekitar 25 kilogram di atas kepala, jarak itu adalah derita panjang untuk Poltak.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun