Dan di tengah tawa itu...
BRAKKK!
Gundul tersandung batu. Bakul nasi tumpah. Sego seisi bakul menghampar di tanah, jadi satu lapangan. Harfiah.
"Wakul ngglempang segone dadi sak latar...Â
" Wakul ngglempang segone dadi sak latar... "
Nada lagu si gundul berubah jadi pelan dan dia tersipu siput di hadapan semua orang yang menahan amarah. Baru sadar polahnya jadi tontonan.Â
Si Mbok yang mendengar ribut ribut di luar, keluar dengan spatula di tangan. Tak pakai babibu, telinga Gundul langsung dijewer.
> "Dasar GUNDUL! Anak durhakaaa!"
> "Ampuuuun Mbok... hikz...hikz...hikz....!!"
---
Akhirnya semua warga menertawakan si Gundul. Walau nakal, semua tahu dia cuma bocah kampung yang lugu. Jahil? Iya. Tapi hatinya? Tetap bersih.
Dan begitu...
Warga bersorak sambil nyanyi bersama lagu legendaris itu.
SEMUA:
Gundul-gundul pacul, cul... gembelengan...
Wakul ngglempang, segone dadi sak latar...