hujan turun dengan derasnya di kotaku ini, suasana syahdunya cukup membuat hati ini teriris pilu.
Penghujung siang,Mau tidak mau, aku akhirnya menepikan diri begitu  hujan yang teramat deras ini menyamarkan perjalanan pulangku.
Motor seketika berhenti, mobil-mobil seketika melambat begitu hujan turun sore ini semakin tidak mengenal belas kasihan.
Banyak yang berteduh, banyak juga yang mengeluh begitu hujan mulai turun dengan berteman suara gemuruh.
Kututup kedua kelopak mataku, kuresapi hujan deras yang kadang datang bersama petir, sekali dua kali.
Kuhembuskan napasku ke udara, ada rasa sesak begitu udara yang tersimpan dalam tubuh ini keluar yang memaksaku kembali untuk membuka mata.
Seketika kenangan tiba-tiba menyapa di balik rintik air hujan yang beradu melawan kerasnya aspal jalanan kota.
Ada tentangmu dan kisah kita yang kandas setelah berusia 2 tahun kurang 4 bulan karena keegoisan kita masing-masing.
Seharusnya, aku mengakhiri hubungan kita dari awal begitu mendengar ceritamu memilih untuk berjalan-jalan dengan mantan kekasihmu.
Ini bodohnya aku, mengapa tidak saat itu saja kita berpisah, malah memilih untuk melanjutkan hubungan yang di kemudian hari penuh konflik hingga aku tidak sanggup lagi.
Aku mengenang kebodohanku sendiri, mengapa bisa mengenalmu yang ternyata kamu jauh lebih menyakitkan dari goresan pecahan kaca.