Mohon tunggu...
MASE
MASE Mohon Tunggu... Lainnya - Mochammad Hamid Aszhar

Pembelajar kehidupan. Pemimpin bisnis. Mendedikasikan diri membangun kesejahteraan fisik, mental dan spiritual masyarakat melalui pendidikan dan kewirausahaan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

The Light of "Sholat" (Bagian Pertama)

1 Agustus 2022   07:55 Diperbarui: 11 Maret 2023   11:32 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Sholat dengan kata dasar 'shilah' dalam bahasa Arab bermakna 'hubungan', 'menjalin kontak', 'berdoa', penyatuan, kesejahteraan. Sholat sejatinya adalah pendekatan, menjalin kontak, keterhubungan dan penyatuan dengan Tuhan serta dampak positifnya adalah kesejahteraan. Dalam rumpun bahasa semit seperti bahasa Aram dan Ibrani, sholat dikenal dengan nama tselota (Aram) dan sholut (Ibrani). Sholat bukan datang dari inspirasi gerakan binatang, kisah-kisah fiktif atau ide-ide manusia tentang olahraga dan olahjiwa. Sholat datang dari Tuhan sebagai jalan untuk mengaksesNya, satu sumber segala realitas yang absolute dalam zat, sifat dan perbuatannya. Sholat sendiri sebenarnya adalah praktek ibadah ritual kuno yang sudah dilakukan para Rasul-Rasul, Nabi-Nabi dan orang-orang saleh terdahulu. Sejarah sholat terdeteksi sejak nenek moyang bersama manusia paling terkini (Most Recent Common Ancestor = MRCA). Most Recent Common Ancestor itu lebih di kenal Adam dan Hawa. Nenek moyang bersama paling terkini (MRCA) tersebut telah menurunkan miliaran generasi manusia yang menjadi pemimpin/pengelola (khalifah) di muka bumi sampai sekarang (QS 2 : 30). Dan Nabi Adam AS, sebagai pemimpin/pengelola (khalifah) pertama sudah mempraktikkan sholat pada zaman itu (QS 20 : 132; QS 19 : 58). Berbagai riset genetika terbaru berdasarkan penelusuran genetika yang di dasarkan pada garis ayah dalam silsilah keluarga di kromosom (Y Chromosomal Adam) dan penelusuran genetika di dasarkan pada garis ibu dalam silsilah keluarga di mitokondria (Mitochondrial Eve), ditemukan bahwa MRCA ada sekitar 150.000 tahun yang lalu dari East Africa.

Pemahaman bahwa sholat hanya ada pada muslim dan muncul sejak masa Nabi Muhammad SAW lewat peristiwa Isra' Mi'raj adalah pemahaman yang salah kaprah. Apalagi ditambah dongeng-dongeng israiliyat yang berbeda-beda versi dan menyesatkan serta tidak ada dasarnya satu ayatpun di Al Qur'an. Karena ayat-ayat tentang sholat sudah ada sebelum peristiwa Isra' Mi'raj, baik di Al Quran, Injil, Zabur maupun Taurat. Nabi Ibrahim AS (Abraham), Nabi Zakaria AS (Zechariah), Nabi Musa AS (Moses), Nabi Daud AS (David), Nabi Yunus AS (Jonas/h), Nabi Isa AS (Jesus) serta rasul-rasul dan nabi-nabi yang lain serta orang-orang saleh terdahulu sudah mempraktikkan sholat. (QS 14 : 37, 40, QS 3 : 39, QS 10 : 87, QS 21 : 72-73). Peristiwa Isra' sebagai perjalanan Nabi Muhammad SAW dari tempat persujudan yang dibersihkan dari hal-hal yang diharamkan (Masjidil Haram) ke tempat persujudan yang jauh (Masjidil Aqsa) dan peristiwa Mi'raj sebagai perjalanan Nabi Muhammad SAW menembus dimensi alam tertinggi (Sidratul Muntaha) sejatinya adalah perjalanan Nabi Muhammad SAW untuk menunjukkan tanda-tanda kekuasaan Tuhan (Linuriyahuu min Aayaatinaa). Peristiwa Isra' Mi'raj bukan untuk menurunkan kewajiban sholat. Dalam peristiwa Isra' Mi'raj tersebut terjadi proses lenyapnya materi menjadi energi (E=MC2). Terjadi proses "annihilation" dimana materi di level sub-atomik direaksikan dengan antimateri, keduanya lenyap menjadi foton cahaya. Terjadi teleportasi melalui alat yang disebut buroq. Terjadi proses kreasi "pair-production" dimana pasangan anti-materi dan materi di level sub-atomik dapat muncul secara tiba-tiba dari ruang kosong (vacuum) ketika foton cahaya dilewatkan medan inti atom dengan kekuatan tertentu yang sangat besar. Masuk di medan kuantum, dimana ruang dan waktu sudah tidak eksis lagi. Sehingga perjalanan sekitar 1500 km dalam peristiwa Isra' yang normalnya dicapai sekitar 0,005 detik waktu bumi bila ditempuh dengan kecepatan cahaya normal serta peristiwa Mi'raj yang normalnya dicapai dengan miliaran hingga triliunan kecepatan cahaya normal menjadi tidak relevan lagi. Dan melalui proses "annihilation", teleportasi, proses kreasi "pair-production" tersebut perjalanan menembus batas dimensi alam menuju ke dimensi alam tertinggi (Sidratul Muntaha) dalam peristiwa Mi'raj bisa dilakukan.

Aktivitas pendekatan, menjalin kontak, keterhubungan, penyatuan dengan Tuhan, mengakses satu sumber segala realitas yang absolute dalam zat, sifat dan perbuatannya adalah pilar dasar kehidupan manusia. Why? Ketika kita mengalami hal tersebut maka terjadi pelepasan kemelekatan terhadap ego, keinginan dan hawa nafsu. Kemelekatan terhadap ego, keinginan dan hawa nafsu adalah sumber penderitaan manusia dan kerusakan di muka bumi. Ini adalah pekerjaan spiritual terbesar. Ketika pelepasan itu terjadi, kita menjadi no thing, no body, no one, no time, no where. Kita bukan apa-apa. Kita bukan siapa-siapa. Kita sejatinya tidak ada, tidak tahu apa-apa kapanpun dan dimanapun.  Masuk ke medan titik nol (zero quantum field). Masuk di medan kuantum, dimana ruang dan waktu sudah tidak eksis lagi. Kita mengalami fana, kita lebur di dalamNya. Kesadaran jiwa kita naik di level energi sangat tinggi, ekspansi menjadi everything, everybody, everyone, everytime, everywhere. Menyatu dengan segalanya dan mengakses sumber segala realitas. Ini adalah pengalaman transendental. Diri naik pada kesadaran tinggi dan mengalami ekstasi pencerahan, ledakan suka cita, kedamaian, keikhlasan, rasa syukur, cinta kasih, rasa keberlimpahan serta hidayah seakan terus menyirami tubuh dan jiwa kita. Ini adalah pusaran energi tinggi (power) yang sangat penting bagi kualitas hidup kita, kebahagiaan kita dan keseimbangan kehidupan. Karena itu sholat bisa dikatakan sebagai technologies for wellbeing. Sholat adalah teknologi (praktek ibadah) untuk mengakses Tuhan, melepaskan kemelekatan terhadap ego, keinginan dan hawa nafsu di pusaran energi rendah (force) hingga masuk di pusaran energi tinggi (power). Effectnya mengalami kesejahteraan secara spiritual, mental dan fisik.

Tentang energi tinggi (power), menarik penelitian yang dilakukan David R. Hawkins, M.D., Ph.D selama kurang lebih 29 tahun untuk mengukur energi yang dikeluarkan manusia dalam skala kesadaran tertentu melalui tes kinesiologi. Ditemukan bahwa kesadaran manusia dan level energi yang dihasilkan bertingkat-tingkat mulai dari satuan 0 sampai 1000 poin yang mana skala kurang dari 200 poin disebut force dan skala lebih dari 200 poin disebut power. Manusia dengan tingkat kesadaran kurang dari 200 poin masih struggle dengan dirinya sendiri (contracted), seperti membenci diri sendiri, merasa sengsara, meratapi masa lalu, menyalahkan pihak luar dirinya, apatis, putus asa, terlalu needy, cenderung dalam kesedihan, banyak sekali trauma/luka batin/hambatan-hambatan emosi, mengkhawatirkan masa depan, sangat melekat pada ego, keinginan dan hawa nafsu, sangat terobsesi dan kompulsif. Selalu dalam frustasi, marah dan kebencian. Suka membangga-banggakan diri, sombong dan suka pamer. Ini adalah pusarann energi rendah (force). Manusia dengan tingkat kesadaran lebih dari 200 poin mulai berkembang dengan baik (expanded), mulai letting go, merasa aman dan nyaman, mengambil tanggungjawab, mengembangkan diri, merasa hidup bermakna, berkontribusi bagi kehidupan agar lebih baik, welas asih, memiliki abundance mentality dan loving kindness, bersyukur, kepuasan hidup, kedamaian dan pencerahan. Sholat membawa kita mengalami ilham Tuhan.

Seperti kebahagiaan, tidak bisa dialami kecuali dipraktikan. Demikian pula sholat, harus dipraktikan. Sholat menjadi praktik ibadah ritual yang wajib dilakukan pada waktu dan kondisi yang terorganisir. Mengapa mengakses Tuhan yang satu, sumber segala realitas dan absolute dalam zat, sifat dan perbuatannya diwajibkan dengan sholat? Analoginya seperti kita bertamu ke rumah seorang Presiden. Presiden menentukan bahwa bila bertamu ke rumahnya diwajibkan lewat ruang tamu. Apakah etis bila kita bertamu ke rumah Presiden lewat jalan lain yang tidak diperkenankan? Tuhan menentukan bahwa bila kita mau mengaksesNya diwajibkan lewat sholat. [QS 23 : 1-9; QS 20 : 132; HR. Bukhari no. 8, 528, 597 dan 7534; HR Muslim no. 16, 85, 667, 668 dan 684; HR. Tirmidzi, no. 413, 2616]. 

Kewajiban menjalankan praktik ibadah sholat adalah murni semata-mata pengabdian kita kepada "Diri yang Tinggi", satu yang sejati, sumber segala realitas, wujud sempurna dan absolute, tidak dibatasi ruang, waktu, materi, energi dan informasi kita sebut Allah. Efek positif yang dihasilkan dari sholat sama sekali bukan tujuan dari praktik ibadah sholat dijalankan. Walaupun sholat sebagai technologies for wellbeing yang sangat penting bagi kesejahteraan kita baik fisik, mental maupun spiritual. Sekali lagi, kewajiban menjalankan praktik ibadah sholat adalah murni semata-mata pengabdian kita kepada "Diri yang Tinggi", satu yang sejati, sumber segala realitas, wujud sempurna dan absolute, tidak dibatasi ruang, waktu, materi, energi dan informasi yaitu Allah.  Efek positif yang dihasilkan dari sholat sama sekali bukan tujuan dari praktik ibadah sholat dijalankan. Dan walaupun mengakses Allah lewat sholat sebagai sumber energi kehidupan serta menjaga kita berada di pusaran energi tinggi yang penuh kemurnian, keikhlasan, rasa syukur, kepuasan hidup, kasih sayang, fulltank dengan keberlimpahan, fulltank dengan cinta, disiplin dan life balance itu sangat dibutuhkan manusia. Sholat diwajibkan apapun kondisi ruang, waktu dan fisiknya. Bila tidak mampu karena sakit atau tidak memungkinkan untuk berdiri karena dalam perjalanan darat, laut maupun udara bisa dilakukan dengan duduk. Bila duduk tidak mampu juga karena sakit yang cukup parah, bisa dilakukan dengan berbaring. Bahkan saat berbaring tidak mampu untuk menggerakkan anggota tangan bisa dilakukan cukup dengan mengedipkan mata. [QS 64 : 16; HR. Bukhari no. 1117, 7288; HR. Muslim no. 1337]

 

Referensi :

Ibn Katsir, Ismail , Tafsir Alquran al-Adziim, Dar Alamiah, (QS 17 : 78; QS 11 : 114; QS 107 : 1-7; QS 20 : 132; QS 14 : 40; QS 3 : 39; QS 10 : 87; QS 23 : 1-9; QS 20 : 132; QS 64 : 16; QS 35 : 1)

L. Ryder, Quantum Field Theory. Cambridge : Cambridge University Press, 1996

Al-Bukhari, Muhammad bin Ismail, (194 H /810M - 256 H/870), "Shahih Al Bukhari" (al-Jami al-Musnad as-Sahih al-Mukhtasar min Umur Rasulilah SAW wa Sunanihi wa Ayyamihi), Dar-us-Salam Publications; 1st edition (June 1, 1997)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun