Tahun 1989, dibulan Februari, pada sore hari, saya berangkat dari dermaga Sungai Kunjang di Samarinda menuju hulu Mahakam.
Berangkat bersama seorang teman dari negeri Kanguru, yang sudah lama terkesima dengan hutan Borneo.
Saat itu, kapal sarat dengan muatan, maka laju kapal hanya kisaran 10 Knot.
Kapal kayu yang panjangnya tidak lebih dari 25 meter, terus melaju dengan suara kas mesin diesel.
Walaupun mesin diesel berlogo Yanmar ini mengeluarkan asap pekat melalui cerobong, tidak mempengaruhi saya untuk memandang hijau rimba dan air sungai yang dalam.
I am at ease...
Saya sengaja naik keatas gladak kapal, untuk mencari suasana seperti ini.
Pesut!..
Mungkin saat itu belum beruntung untuk melihatnya, hewan mamalia yang unik ini sulit diprediksi muncul kepermukaan air.
Biarlah Pesut yang endemik ini, bercengkerama dengan pasangannya disudut-sudut sungai Mahakam yang eksotis, yang jauh dari hiruk-pikuk manusia.