Di tengah meningkatnya eskalasi konflik di Timur Tengah, sebuah langkah bersejarah diambil pada Rabu (17/9/2025). Arab Saudi dan Pakistan resmi menandatangani Pakta Pertahanan Strategis Bersama di Riyadh, menegaskan bahwa serangan terhadap salah satu pihak akan dianggap sebagai serangan terhadap keduanya. Perjanjian ini bukan sekadar dokumen militer, melainkan pernyataan politik yang mengguncang tatanan geopolitik global.
Kesepakatan ini menandai babak baru dalam hubungan dua negara, sekaligus simbol pergeseran poros kekuatan dunia: dari ketergantungan pada Barat, terutama Amerika Serikat, menuju upaya membangun kemandirian pertahanan yang lebih berakar pada solidaritas regional. Isyarat politiknya jelas: dunia Arab semakin berani membangun kemandirian pertahanan, sekaligus mempertegas solidaritas untuk sesama untuk menghalau agresi militer yang semakin memanas.
Sejarah Panjang Saudi--Pakistan
Hubungan pertahanan Saudi--Pakistan bukanlah hal baru. Sejak akhir 1960-an, ribuan personel militer Pakistan telah dilibatkan dalam menjaga keamanan kerajaan, termasuk perlindungan atas kota suci Mekkah dan Madinah. Pasca-Revolusi Iran 1979, hubungan ini semakin erat, seiring kekhawatiran Riyadh terhadap perubahan peta kekuatan di kawasan Teluk.
Bahkan, sejumlah dokumen diplomatik---termasuk yang pernah dibocorkan lewat WikiLeaks---menunjukkan bahwa Saudi pernah memberikan dukungan finansial bagi program nuklir Pakistan. Spekulasi tentang perlindungan nuklir Pakistan untuk melindungi kerajaan pun lama beredar. Kini, melalui pakta pertahanan resmi, spekulasi itu menjelma menjadi kekuatan simbolis yang kita lihat akhir-akhir ini.
Bayangan Israel dan Runtuhnya Kepercayaan pada AS
Pakta ini ditandatangani hanya sepekan setelah serangan Israel menghantam Doha, Qatar, pada 9 September 2025, yang menewaskan enam orang. Ironisnya, serangan itu terjadi di sebuah negara yang menjadi tuan rumah pangkalan militer besar Amerika Serikat. Peristiwa ini menjadi pengingat pahit bagi negara Teluk: jaminan keamanan dari Washington tidak pernah absolut.
Bagi banyak analis, momentum ini adalah pesan tegas bagi Israel---yang selama ini ditengarai sebagai satu-satunya negara dengan senjata nuklir di Timur Tengah---dan juga sindiran pedas bagi AS. Pakta ini memperlihatkan bahwa dunia Arab mulai menyiapkan alternatif nyata di luar hegemoni Barat.
Dimensi Nuklir dan Industri Pertahanan Bersama
Meski teks perjanjian tidak secara eksplisit menyebutkan isu nuklir, bayangannya tidak terhindarkan. Pakistan memiliki sekitar 170 hulu ledak nuklir, sementara Arab Saudi diyakini memiliki rudal balistik domestik yang mampu membawa hulu ledak atom.
Sejumlah laporan menyebutkan bahwa kedua negara juga tengah merancang produksi bersama pesawat tak berawak, rudal, jet tempur, hingga peralatan pertahanan lainnya. Rudal balistik Pakistan, Ababeel, bahkan dikabarkan akan dikerahkan untuk melindungi Arab Saudi di dua kota suci bagi umat Islam.
Rudal balistik modern Pakistan, Ababeel, dikabarkan akan dikerahkan untuk melindungi Arab Saudi dan dua kota suci, Mekkah dan Madinah. Menariknya, Riyadh merahasiakan pakta ini dari Washington dan baru mengumumkannya setelah resmi ditandatangani---sebuah indikasi bahwa hubungan Saudi-AS kini berada di titik rapuh.
Reaksi Global dan Risiko Politik
Resonansi pakta ini meluas. Negara-negara Arab lain---seperti Irak, Suriah, Yaman, bahkan Iran---diperkirakan akan terdorong untuk mengikuti jejak Riyadh dan Islamabad. Apalagi, hubungan Saudi--Iran baru saja mencair berkat mediasi Tiongkok.
Dukungan terbuka datang dari Rusia, Tiongkok, dan Korea Utara, yang melihat inisiatif ini sebagai upaya membangun poros pertahanan non-Barat. Sementara itu, India---rival utama Pakistan---menyatakan keprihatinan dan berjanji memantau perkembangan. Amerika Serikat sendiri masih bungkam, meski jelas bahwa pakta ini menjadi tantangan bagi dominasi militernya di timur tengah.
Risiko tentu ada. Aliansi baru ini dapat memicu ketegangan lebih besar, terutama terkait program nuklir Iran yang terus diperdebatkan. Namun, bagi dunia Arab, risiko itu sebanding dengan keuntungan strategis: kesempatan membangun bargaining position yang lebih setara di panggung internasional.
Pesan Tersirat: Menuju Palestina Merdeka
Di balik seluruh kalkulasi militer dan diplomasi, pakta ini menyimpan pesan moral dan politik yang lebih dalam: solidaritas terhadap Palestina. Selama bertahun-tahun, dukungan dunia Arab terhadap Palestina kerap dianggap sebatas retorika diplomatik. Kini, pakta Saudi--Pakistan menyalakan kembali harapan bahwa solidaritas dapat terwujud dalam bentuk nyata---aliansi militer, integrasi industri pertahanan, bahkan kemungkinan payung nuklir.
Pesan tersiratnya jelas: agresi Israel tidak lagi akan dihadapi dengan pernyataan-pernyataan kosong, melainkan dengan langkah-langkah strategis yang menantang status quo.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI