Ayah juga dapat melakukan aktivitas ringan seperti menyapu, menyiram tanaman di halaman rumah, atau memaku bangku atau meja yang reot.
Semuanya berubah sekitar 9 atau 10 bulan yang lalu. Rasa sakitnya kambuh kembali. Ayah merasakan hal yang sama seperti beberapa tahun sebelumnya. Ayah mengalami rasa nyeri yang luar biasa pada punggung, paha, betis, hingga pergelangan kakinya.
Beliau kembali tidak dapat berdiri. Bahkan untuk menggerakkan kakinya harus dibayar dengan rasa sakit yang luar biasa. Ayah benar-benar tidak dapat berdiri, bahkan dengan dipapah. Bantuan tongkat untuk berdiri dan berjalan juga tidak berguna sama sekali. Untuk mencapai kamar mandi, ayah harus beringsut sedikit demi sedikit dengan susah payah.
Setelah berembuk dengan keluarga, akhirnya kami kembali membawa ayah ke dokter syaraf. Kali ini ke salah satu rumah sakit di Kota Mataram.
Berdasarkan hasil konsultasi, Ayah diminta untuk menjalani pemeriksaan MRI (Magnetic Resonance Imaging), semacam scanner yang mampu melihat hingga ke bagian organ dalam.
Hasil pemeriksaan itu tidak berbeda dengan beberapa tahun sebelumnya. Dokter sampai kepada kesimpulan bahwa ayah mengalami osteoporosis atau pengapuran tulang yang tergolong parah pada organ tulang belakang.
Dokter menerangkan bahwa sekitar 3 sampai 4 tulang kecil penyusun tulang punggungnya sudah mengalami pergeseran pada tingkat yang sangat ekstrim. Tulang-tulang itu tidak lagi berada pada posisi semula. Letaknya tidak beraturan dan membentuk kelokan.
Kata dokter kondisi itu membuat syaraf di sekitar tulang punggung terjepit. Itu pula penyebab timbulnya rasa sakit yang menjalar ke bagian lain anggota tubuh, seperti, pinggang, paha dan lutut.
Tindakan medis, menurut dokter, yang dapat dilakukan adalah menjalani fisioterapi dan mengkonsumsi obat-obatan yang diresepkan oleh dokter tetapi itu hanya obat untuk meredam rasa sakit.
Pilihan lainnya dapat diatasi dengan melakukan operasi tulang belakang. Namun, karena pertimbangan usia, dokter tidak berani mengambil risiko dan tidak menjamin tindakan operasi dapat berhasil.
Alasannya semata-mata karena lansia seperti Ayah memiliki tulang yang rapuh, daya tahan tubuh yang melemah saat lansia dan pertumbuhan sel-sel tulang tidak sama dengan orang yang masih muda.