"Takbir" Ucap Hudaemi
"Allahu akbar" Semangat santri terdengar sangat kencang.
Tiga kali pengulangan takbir yang hudaemi ucapkan.
Suasana begitu mencekam, seakan sudah siap untuk mengorbankan nyawa yang mereka punya, terlihat di mata mereka sebuah kemarahan dan ketangguhan yang sangat besar tanpa adanya ketakutan.
Angin berhembus kencang, gerimis hujan menambah rasa mencekam, seketika keadaan sunyi bersiap untuk berperang.
Pasukan jepang berhasil menorobos, perkelahian terjadi hingga banyak nyawa melayang dalam waktu yang singkat. Jepang memenangi perlawanan tersebut. Persenjataan mereka jauh lebih kuat dan juga jumlah kekuatan jepang lebih besar. Peristiwa tersebut dikenal dengan nama Pemberontakan Singaparna.
Banyak santri yang gugur atas peristiwa itu, santri yang gugur berjumlah 86 orang. Ada yang meninggal, cacat, maupun disiksa habis-habisan dan juga banyak yang di penjara. Mereka sudah berjuang demi agama, nyawa yang mereka taruhkan tidak akan pernah sia-sia.
Darah tumpah tak beraturan, hilang nyawa demi berkorban, bertaruh sakit dan perih demi turunnya kebenaran, tetesan darah merupakan saksi bisu.
Hudaemi dan beberapa orang yang dianggap terlibat sangat jauh dan bersalah dibawa ke jakarta untuk diadili.
Mereka hilang tak tentu rimbanya.
Pesantren milik hudaemi ditutup, sementara para santri menunggu kembalinya KH. Zaenal Musthofa.