"Kamu anak sapi indo, " kata Sapinah, temanku bermain yang suka ngiri dengan hidungku.
Baru usia dua belas tahun, sudah ada pemuda yang ingin melamarku. Tapi ditolak si mbok. Walaupun miskin, si mbok nggak mau menerima uang dari pemuda itu.
"Kayak jual kamu saja, Nduk. Ndak mau si mbok. "
Sampai kemudian ada guru SD bujangan yang tertarik untuk menjadikan ku sebagai istrinya. Karena dia masih bujangan, aku mau ketika si mbok gak keberatan.
Dari suamiku yang guru, aku belajar banyak hal. Termasuk tentang ibuku. Tak mungkin aku punya ibu seekor sapi.
Kemungkinan besar ibuku membuangku di kandang sapi. Tapi, kok ya tega betul ya. Masa iya, anak sendiri di buang?
"Coba saja tanya si mbok? "
Sampai sekarang si mbok masih belum mau cerita sebenarnya. Meskipun aku desak. Kadang malah nangis sendiri.
"Kok malah nangis, Mbok? "
"Si mbok belum bisa cerita asal usulmu, Nduk. "
Akhirnya aku tak pernah mendesak si mbok untuk cerita.