KEBERHASILAN HAMAS YANG LAIN
Keberhasilan Hamas tidak berhenti pada propaganda kebencian. Mereka juga berhasil memanipulasi sejarah.
Kini, banyak orang menganggap bahwa Israel menjajah Palestina, padahal negara "Palestina", bahkan belum pernah ada sebelum 1948. Wilayah itu dahulu merupakan tanah yang dihuni komunitas Arab dan Yahudi di bawah kekuasaan Ottoman, lalu Inggris.
Ketika Inggris mundur, PBB menawarkan UN Partition Plan pada tahun 1947, rencana yang menjadi cikal-bakal dari sebutan two-state solution, dua negara, satu untuk Yahudi dan satu untuk Arab.
Orang-orang Yahudi menerima dan mendirikan negara Israel pada 1948. Orang-orang Arab menolak dan justru berperang melawan Israel bersama negara-negara Arab di sekitarnya. Mereka kalah, dan sejak itu, sebagian besar komunitas Arab di wilayah tersebut menjadi pengungsi abadi.
Namun sejarah ini dibelokkan di media sosial. Narasi "Israel penjajah Palestina" tersebar luas, didorong oleh algoritma yang lebih menyukai amarah ketimbang akurasi.
PRO-HAMAS DI INDONESIA
Indonesia memiliki sejarah panjang dalam memandang konflik Israel-Palestina, bukan dari data sejarah, melainkan dari warisan ideologis masa lalu.
Di era 1950-an, Presiden Soekarno mengagumi sosok Gamal Abdel Nasser dari Mesir, seorang pemimpin dunia ketiga yang berani menantang Barat dan Israel. Namun kekalahan Nasser dari Israel pada 1967, yang membuat Gaza jatuh ke tangan Israel, tidak menghapus glorifikasi Soekarno tersebut.
Dari sinilah sentimen anti-Israel di Indonesia berakar.
Sebagai bangsa yang pernah dijajah, masyarakat Indonesia mudah bersimpati pada narasi "penjajahan," tanpa memahami konteks sejarah sebenarnya.