Mohon tunggu...
Dedi Iskamto
Dedi Iskamto Mohon Tunggu... Alumni FEB UI

Pakar Digital Marketing Ekosistem, fakultas Ekonomi dan Bisnis, Telko University

Selanjutnya

Tutup

Bandung

Etika Dalam Marketing: Antara Strategi Persuasif dan Manipulasi Konsumen

14 September 2025   09:44 Diperbarui: 14 September 2025   09:44 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bandung. Sumber ilustrasi: via KOMPAS.com/Rio Kuswandi

Pendahuluan

Pemasaran merupakan jantung dari setiap kegiatan bisnis. Melalui strategi pemasaran, perusahaan berupaya untuk mengenalkan produk, membangun citra merek, serta mendorong konsumen untuk melakukan pembelian. Namun, di balik keberhasilan strategi pemasaran terdapat dilema yang tidak jarang memunculkan perdebatan, yaitu persoalan etika. Apakah strategi yang dilakukan murni bertujuan untuk memberi informasi dan membangun hubungan sehat dengan konsumen, ataukah justru menjurus pada manipulasi yang menyesatkan?

Di era modern, ketika konsumen semakin kritis dan sadar akan hak-haknya, isu etika dalam marketing menjadi semakin relevan. Strategi pemasaran yang persuasif memang penting untuk memengaruhi perilaku konsumen, tetapi garis tipis yang membedakan antara persuasi etis dan manipulasi tidak selalu jelas. Esai ini akan membahas bagaimana etika seharusnya diterapkan dalam praktik marketing, perbedaan antara persuasi dan manipulasi, contoh kasus nyata, serta pentingnya transparansi dan tanggung jawab sosial perusahaan.

Marketing sebagai Seni Persuasi

Pada dasarnya, marketing memang bertujuan untuk memengaruhi keputusan konsumen. Strategi yang digunakan biasanya bersifat persuasif, yaitu menyampaikan informasi, membangkitkan emosi, dan mendorong konsumen untuk memilih suatu produk atau layanan. Dalam konteks etis, persuasi dipandang wajar karena konsumen tetap memiliki kebebasan penuh untuk menentukan pilihannya.

Sebagai contoh, iklan pasta gigi yang menunjukkan manfaat kesehatan mulut atau kampanye pakaian ramah lingkungan yang menekankan kepedulian terhadap bumi adalah bentuk persuasi yang etis. Strategi ini tidak hanya berusaha menjual produk, tetapi juga memberikan nilai tambah berupa edukasi dan kesadaran sosial.

Persuasi etis biasanya memiliki beberapa ciri:

  1. Transparansi informasi -- pesan iklan sesuai dengan fakta.
  2. Relevansi nilai -- produk dikaitkan dengan kebutuhan nyata konsumen.
  3. Kebebasan memilih -- konsumen tidak dipaksa, melainkan diberi ruang untuk menilai.
  4. Keterlibatan emosional sehat -- pesan menyentuh perasaan tanpa menipu.

Manipulasi dalam Marketing

Berbeda dengan persuasi, manipulasi dalam marketing terjadi ketika strategi yang digunakan menyesatkan, mengaburkan fakta, atau mengeksploitasi kelemahan psikologis konsumen. Manipulasi dapat berbentuk klaim berlebihan (overclaim), informasi yang disembunyikan (misleading), atau penggunaan teknik psikologis yang merugikan konsumen.

Contoh nyata dari manipulasi adalah iklan makanan cepat saji yang menampilkan produk secara berlebihan dibanding wujud aslinya, atau perusahaan yang sengaja menyembunyikan informasi risiko penggunaan produknya. Bentuk manipulasi lain adalah dark pattern dalam e-commerce, misalnya menyulitkan konsumen untuk membatalkan langganan atau menambahkan produk secara otomatis ke keranjang belanja.

Manipulasi semacam ini tidak hanya merugikan konsumen, tetapi juga dapat menghancurkan reputasi merek dalam jangka panjang. Di era digital yang serba transparan, satu kasus manipulasi yang terbongkar bisa langsung menyebar luas dan menimbulkan krisis kepercayaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bandung Selengkapnya
Lihat Bandung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun