Mohon tunggu...
sukarti dimejo
sukarti dimejo Mohon Tunggu... fabulam scribere sensu utens

ad maiorem dei gloriam

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

ad maiorem dei gloriam

24 Juni 2025   03:17 Diperbarui: 14 Agustus 2025   00:58 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(c) bowobagusphoto

Ah lagi-lagi duduk di sini, sendiri, setelah lelah berbincang, tentang racikan helai-helai keriuhan yang banyak hilang karena dihilangkan oleh mereka yang entah kenapa membuat aku jadi senang untuk duduk disini, tentu saja sendiri, sebab...

"Ssst! Mas Petrus..."

"Pet.."

"Ssst, jangan jangan gitu, jangan panggil aku Petrus tho"

"Kenapa? Apa karena kamu ndak bisa bohong sebelum ayam berkokok ya?"

"Bukan! Bukan itu mbak"

"So?"

"Yaa karena... bagaimana aku bisa berbohong sebelum ayam berkokok, lha ayam jantannya saja sudah ndak ada, pergi, diganti sama sound system yang kencengnya luar biasa"

"Dangdut ya?"

"Kok tahu mbak?"

"Ssst! Mas Petrus, da dah..."

Ah terjadi lagi, duduk minum kopi tanpa ditemani, setelah banyak orang lelah berbincang tentang racikan helai-helai keriuhan yang banyak hilang, entah karena sengaja dihilangkan atau diambil... sehingga sebuah catatan langsung jadi favoritku setiap kali melihatnya,

Ajari aku tuhan, agar ku dapat susuri pematang ini,

kala siang menjaga hari-hari dari mimpi

Pinjami aku tuhan, tongkat dan topi tuk mengabdi,

saat penjaga mengambil beban untuk  dibagi

"Kopi lagi mas? Ndak mau nyoba teh tarik?" seorang pramusaji tiba-tiba sudah ada disampingku, menawarkan menu baru, yang tentu saja aku ndak mau, karena...

"Mas, mas, maaf ada pesan penting, di sekretariat"

"Tapi, misa nya dah mau mulai ni?"

"Penting mas, cepat"

Ah terjadi lagi, aku diumpat, dicaci, dimaki, lalu harus kembali duduk minum kopi tanpa ditemani, setelah lama dan banyak kata-kataku dianggap "tai". Katanya, biarpun ibunya belum makan, belum mandi (ibunya sudah jompo dan pikun, jadi harus dilayani, disuapi, dimandiin dan lain-lain), yang penting dia mau ikut misa! Misa! Misa! Terima komuni!

"Kopi lagi mas? Ndak mau nyoba teh tarik?" seorang pramusaji yang tadi tiba-tiba ada disampingku kini menyentil pipiku, membangunkanku, menyadarkanku,

"Eh, maaf, maaf, saya melamun lagi ya?"

"Lha iya mas, makanya saya tawari teh tarik, biar ndak melamun wae"

"Ya.. boleh, boleh ha ha ha"

Slurp... kopinya terhirup, habis. Yang tersisa hanya rasa pahit di lidah, seperti pahitnya sebuah panggilan, Petrus! Sungguh aku ndak mau dipanggil dengan nama panggilan itu, sebab sesungguhnya mereka hanya mengolok-olokku, tapi tak punya nyali untuk memanggilku "Yudas".

"Ini kopinya mas"

"Lho, katanya teh tarik?"

"Eh iya, maaf mas, maaf"

"Ssst! Sudah mas, ndak pa-pa, kalo teh tariknya belum dibuat, ndak usah, ini juga oke kok," kataku

"Makasih mas"

"Sama-sama"

Memang nasib, selalu terjadi lagi, minum kopi lagi, pahit lagi. Ha ha tawaku dalam hati, ingat kenapa aku bisa terus berada disini, bukan disana, bersama para penjaga surga. Bukan tidak mau, tapi percuma saja kalau ucap Kyrie Elleison lalu setelah sampai di rumah mengganggu dan mengganggu tetangga lagi, membuatnya tak bisa istirahat...

"Lho orang itu kalau pagi ya bangun, kerja, bukan tidur!"

"Lha kalo baru tidur jam lima gimana?"

"Salahnya sendiri, suka begadang! Pemalas!"

"Duh"

Catatan sederhana itu kubaca lagi, kuresapkan lagi, sebelum aku terhanyut lagi pada lamunan-lamunan buruk tentang banyak hal yang diputarbalikan sehingga memaksaku untuk lagi-lagi duduk di sini, sendiri, setelah lelah mengenang racikan helai-helai keriuhan yang banyak hilang karena dihilangkan oleh mereka yang entah kenapa membuat aku jadi senang untuk duduk disini, tentu saja sendiri, sebab aku tak suka dikenal karena karya pelayanan atau dipaksa ikut cari pundi-pundi dalam pelayanan atau ikut turut perintah demi kemasyuran nama seseorang.

"Jo, ngapain kamu disini?"

"Eh romo, ini baru nemu catatan, entah punya siapa, tapi kok lucu ceritanya"

"Lucu?"

"Eh maksudnya...," Paljo meringis, menahan takut pada romo yang terkenal galak, lalu dengan terburu-buru menyembunyikan catatan yang baru saja selesai dibacanya ke dalam tas buluknya,

"Pulang dulu mo"

.

.

Catatan:

Misa = ibadah/doa umat penganut agama Katolik

Romo = sebutan Pastur (pemimpin paroki/gereja agama Katolik) dalam bahasa Jawa

Komuni = adalah sakramen dalam Gereja Katolik yang juga dikenal sebagai Ekaristi. Secara sederhana, komuni adalah penerimaan roti dan anggur yang telah dikonsekrasi (dianggap sebagai Tubuh dan Darah Kristus) sebagai simbol persatuan dengan Kristus dan sesama umat Katolik. Komuni pertama adalah penerimaan sakramen ini untuk pertama kalinya, biasanya setelah mengikuti pembinaan dan memenuhi syarat yang ditetapkan gereja

Kyrie Elleison = Tuhan Kasihanilah aku (bahasa latin)

.

.

.

Jogja, Akhir bulan Juni 2025

miss sukarti dimejo

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun