"Ssst! Mas Petrus, da dah..."
Ah terjadi lagi, duduk minum kopi tanpa ditemani, setelah banyak orang lelah berbincang tentang racikan helai-helai keriuhan yang banyak hilang, entah karena sengaja dihilangkan atau diambil... sehingga sebuah catatan langsung jadi favoritku setiap kali melihatnya,
Ajari aku tuhan, agar ku dapat susuri pematang ini,
kala siang menjaga hari-hari dari mimpi
Pinjami aku tuhan, tongkat dan topi tuk mengabdi,
saat penjaga mengambil beban untuk  dibagi
"Kopi lagi mas? Ndak mau nyoba teh tarik?" seorang pramusaji tiba-tiba sudah ada disampingku, menawarkan menu baru, yang tentu saja aku ndak mau, karena...
"Mas, mas, maaf ada pesan penting, di sekretariat"
"Tapi, misa nya dah mau mulai ni?"
"Penting mas, cepat"
Ah terjadi lagi, aku diumpat, dicaci, dimaki, lalu harus kembali duduk minum kopi tanpa ditemani, setelah lama dan banyak kata-kataku dianggap "tai". Katanya, biarpun ibunya belum makan, belum mandi (ibunya sudah jompo dan pikun, jadi harus dilayani, disuapi, dimandiin dan lain-lain), yang penting dia mau ikut misa! Misa! Misa! Terima komuni!