Mohon tunggu...
Muzamil Misbah
Muzamil Misbah Mohon Tunggu... Orang biasa yang gemar baca buku, makan dan jalan-jalan

Suka menulis tentang ekonomi dan puisi, financial literacy enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Bukan Saham atau Crypto, Ini Instrumen yang Disukai Para Miliarder

14 Agustus 2025   06:00 Diperbarui: 13 Agustus 2025   09:34 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi miliarder (sumber:freepik/freepik)

Kalau kamu nanya, "Jadi gua harus beli obligasi sekarang?" jawabannya: tergantung. Aku enggak bisa bilang harus beli sekarang atau enggak, karena itu tergantung kondisi finansial, tujuan, dan profil risiko kamu. Tapi ada beberapa prinsip praktis:

Pertama, pahami horizon investasi. Kalau masih muda dan mau agresif, porsi saham lebih besar wajar. Tapi jangan lupa sisihkan sebagian untuk obligasi sebagai stabilizer.

Kedua, taklukkan risiko likuiditas. Punya obligasi yang bisa dicairkan kalau perlu itu berguna. Reksa dana pasar uang atau obligasi biasa bisa jadi opsi kalau tidak mau beli obligasi ritel langsung.

Ketiga, manajemen risiko sederhana: alokasikan sedikit untuk proteksi---10--20% minimal---lalu tingkatkan porsi obligasi ketika kamu mendekati tujuan atau ingin mengamankan modal.

Keempat, sesuaikan dengan suku bunga dan kondisi pasar. Ketika yield obligasi naik, obligasi jadi lebih menarik. 

Tapi ketika yield turun, harga obligasi lama naik, dan seterusnya --- jadi ada dinamika yang bisa dimanfaatkan.

Kelima, jangan lupa diversifikasi. Campuran obligasi pemerintah, korporasi, dan reksadana bisa membantu menyeimbangkan antara yield dan risiko.

Kesalahan umum yang harus dihindari

Banyak orang salah kaprah soal obligasi. Pertama, menganggap obligasi selalu "aman" tanpa memahami jenisnya: obligasi korporasi punya risiko lebih tinggi dibanding obligasi pemerintah. 

Kedua, menganggap obligasi tak perlu dipantau sama sekali; padahal obligasi punya risiko pasar (harga bisa turun jika suku bunga naik) dan risiko kredit. 

Ketiga, menganggap obligasi hanya untuk orang tua --- padahal obligasi juga berguna sebagai bagian dari strategi alokasi jangka panjang, bahkan untuk investor muda.

Penutup: Semua orang akan butuh obligasi pada waktunya

Intinya, obligasi itu bukan instrumen yang bodoh. Mereka adalah alat fundamental dalam manajemen kekayaan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun