Untuk keluarga besar, yayasan, atau perusahaan, cash flow itu penting untuk operasional, pembagian dividen, atau modal kerja.
Ketiga, risiko dan ketenangan batin. Pasar saham itu liar: hari ini hijau, besok merah. Fluktuasi ekstrem bisa bikin portofolio triliunan kehilangan nilai besar dalam waktu singkat.Â
Obligasi, terutama yang berkualitas, cenderung lebih kalem. Di skala besar, "tidak terlalu fluktuatif" itu bernilai.
Keempat, likuiditas dan diversifikasi. Obligation punya pasar sekunder --- bisa dijual kalau butuh.Â
Kamu juga bisa menyusun komposisi antara obligasi korporasi dan pemerintah sesuai tujuan risiko. Jadi, fleksibilitas ini membantu manajer kekayaan menyeimbangkan portofolio.
Perbedaan mindset: orang kaya vs kelas menengah
Kita bisa lihat perbedaan fokus. Orang kaya biasanya fokus ke preservasi --- menjaga kekayaan tetap ada dan bisa diwariskan atau dipakai untuk tujuan jangka panjang.Â
Mereka sudah "di puncak gunung", jadi bukan perlu sepatu baru untuk mendaki lagi, melainkan menjaga agar tidak tergelincir turun.
Sementara, banyak orang kelas menengah fokus ke pertumbuhan modal. Mereka butuh mengejar akumulasi aset, jadi lebih menyukai instrumen yang menawarkan potensi pertumbuhan tinggi: properti, saham, reksadana saham, atau bahkan crypto.Â
Itu masuk akal --- risiko lebih tinggi bisa dibayar dengan potensi pertumbuhan yang lebih besar, apalagi kalau usia masih muda dan punya horizon panjang.
Sayangnya, problem yang sering muncul adalah ketidaksiapan menghadapi risiko. Banyak orang kelas menengah yang terjun ke aset high-risk karena "fear of missing out", tapi tanpa proteksi atau strategi manajemen risiko.Â
Itu berbahaya --- contoh nyata adalah orang yang beli rumah tanpa memperhitungkan risiko kenaikan suku bunga KPR; ketika suku bunga naik, cicilan bisa membengkak dan bikin finansial kacau.