Mohon tunggu...
Mira Rahmawati
Mira Rahmawati Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Pemula

Belum tahu apa-apa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sesat

5 Oktober 2020   12:46 Diperbarui: 5 Oktober 2020   12:56 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pixabay by Free-Photos

Pendiriannya lebih kuat dari apapun. Ia pun du bulan lalu mengambil perempuan di kelompoknya. Ia makin tambah bangga, karena ia menilai gaya hidupnya sekarang lebih baik.

Rustam memang banyak omong, tapi ia punya banyak penyimak yang menyakini omongannya.

Ada seseorang yang akhir-akhir ini sering ke warkop tongkrongan kami. Sebab tak kenal dan ia pendatang, kami biasa hanya berbagi canggung. Ia bernama Ajud, dia rupanya salah satu orang yang mengerjakan proyek perbaikan jalan desa ini, sementara tinggal di rumah haji Uyah.  

Rupanya ia pun sering mendenga rumor tentang  si Rustam ini dan ikut menyelipkan omongan di antara riuhnya umpatan orang-orang tentang si Rustam.

"Bung bisa kena seret kalau ikut campur terus. Bisa ikut tenggelam. Hati-hati."

Omongannya memang ada benarnya, apalagi ia terlihat  tidak sembarang bicara. Namun, aku dan Rustam sudah selayaknya saudara. Aku selalu memikirkan nasibnya, bahkan ketika aku di rumah. 

Istriku pun rupanya mulai tak suka aku ikut campur urusan ini. "Sodara macam apa di tak mendengar omongan sodaranya. Kalau pun menolak pun baik-baik harusnya. Dua kali rumah kita dikirimi bangkai. Masak di dagangan kita ada bangkai juaga. Siapa yang berulah? Orang-orang kira aku penjual licik, ikut pesugihan!"

Mungkinkah aku kualat? Akhir-akhir ini akupun sering mimpi buruk, beberapa kali dikejar makhluk menyeramkan.

"Apa aku bilang, Ndar. Banyak orang yang tak percaya awalnya, termasuk aku. Tapi begitulah jalan menuju penerangan hidup."

Aku sebenarnya masih ragu dengan perkataan Rustam dan kesaktian Mbah Darma alias Mbah Munjur, tapi aku tak mau mengoloknya dan akhirnya kembali mengalami kejadian buruk. Dan seperti omongan si Rustam, memang logika tak bisa selalu dipakai dalam hal ini.

Beberapa minggu ini, aku mulai sering mengunjungi Rustam lagi. Ia pun sangat baik padaku, persis seperti dulu. Ia memang selalu menjagaku. Aku selalu ingat sewaktu kecil, aku dihajar habis-habisan oleh geng si Wandi saat SMP, tapi ia selalu membela walaupun akhirnya ia ikut dihajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun