Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Medali yang Tak Pernah Tergadaikan

1 Oktober 2021   00:21 Diperbarui: 1 Oktober 2021   00:32 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Perempuan berbadan tegap itu terdiam. Tak berkutik sama sekali. Narasi dari lelaki berbadan kurus dan tua tak mampu dilawannya dengan kata-kata. Hanya tatapan matanya yang masih terlihat garang. Segarang saat dirinya mengangkat barbel di pentas olahraga. 

Sayangnya, kegarangan jiwa dan matanya tak mampu melawan arus yang datang menghampiri jiwanya yang terkoyak dimakan kerasnya kehidupan dunia yang seolah tak mengenal perikemanusian. 

Kesedihan melanda hidupnya. Derita hidup yang harus diterimanya usai mengakhiri masa keemasannya sebagai atlet nasional. Anaknya kini terbaring lemah di sebuah rumah sakit. Dan memerlukan biaya yang sangat besar.


" Saya datang ke sini untuk menyelamatkan medali yang Ibu pertaruhkan dengan keringat bahkan airmata. Saya ingin menghargai prestasi Ibu," kata lelaki tua itu dengan nada meyakinkan.


 "Tapi kok murah sekali nilainya, Pak," balas perempuan bertubuh atletis itu dengan tatapan penuh memelas.


" Itu sudah mahal, bahkan nilai termahal yang pernah saya tawarkan kepada mantan atlet lainnya yang perlu pertolongan," lanjut pria kurus itu.

Perempuan itu terdiam. Tak memberi jawaban pasti. Hanya helaan nafas panjang yang keluar dari hidungnya. Sepanjang perjalanan kariernya sebagai atlet yang mengharumkan nama bangsa di percaturan bangsa-bangsa di dunia demi martabat bangsa, baru kali ini dia mengalami kesusahan hidup yang membuat tubuh atletisnya sempoyongan dimakan zaman. 

Demi bergemanya Indonesia raya di jagad raya ini, tak pernah dia merasakan kepedihan hidup yang amat lara ini.

Perempuan berbadan kekar itu teringat kembali dengan omongan ayahnya yan sejak awal menentang dirinya untuk mendedikasikan diri sebagai atlet. Sebagai olahragawan. 

Tapi tekad bulat yang menjalari sekujur tubuhnya tak mampu dihalangi ayahnya. Dia ingin mengharumkan nama bangsa. Sudah saatnya  sebagai anak bangsa memberikan sesuatu yang berguna untuk mengharumkan nama bangsa.


"Jangan engkau tanyakan apa yang negara berikan kepadamu, tapi tanyakan apa yang telah engkau berikan buat negara ini,' Kalimat heroik itu selalu terngiang di otaknya yang cerdas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun