" Apa ayah tak bangga kalau anakmu ini bisa mengibarkan sang saka merah putih di pentas dunia? Apa ayah tak bangga kalau lagu Indonesia raya berkumandang di stadium terkenal dunia," tanyanya.
" Ayah bangga sekali, nak. Bangga sekali. sebagai anak bangsa sudah menjadi kewajiban kita memartabat bangsa. Tapi setelah itu? Apa yang akan engka terima? paling-paling penyambutan. Dan dimuat di koran. setelah itu," ayahnya tak melanjutkan kata-katanya.
Matanya menatap nanar pohon pisang yang sudah lama tak berbuah di samping rumahnya.
" Aku hanya ingin memberikan sesuatu yang terbaik buat bangsa ini. Itu saja," ujar perempuan itu.
" Kalau itu memang menjadi tekadmu, silahkan saja. yang penting engkau tak menyesal di hari tuamu," saran ayahnya dengan nada putus asa.
Perempuan itu berlatih dan berlatih dengan sekuat tenaga. Semua instruksi pelatih dilahapnya dengan kerja keras dibarengi hati yang bahagia  dengan berbalutkan semangat nasionalisme yang membara dalam dadanya sebagai anak bangsa. Tak heran kemampuannya mengangkat barbel terus menanjak.Â
Berbagai kompetisi dijuarainya. Mulai dari level Kabupaten hingga tingkat nasional. namanya melambung tinggi diangkasa sebagai atlet nasional yang memiliki masa depan yang cerah. wajahnya selalu menghiasi koran dan majalah.Â
Dia merupakan satu atlet yang dipersiapkan negara untuk menyumbang medali dalam kompetisi angkat besi tingkat dunia.
" Saya yakin anak itu akan mampu menyabet medali dalam perhelatan olahraga tingkat dunia bulan depan," ujar seorang petinggi negara yang membidangi olahraga.
" Iya, Pak. Ini momentum kita mengangkat harkat bangsa dimata dunia internasional. Dan yang paling penting nama Bapak pun akan tereskalasi di mata pimpinan tinggi bangsa ini,' ujar seorang pengurus olahrga. lelaki yang dipanggil bapak itu tersenyum lebar.
" Setidaknya kalau atlet itu berhasil menyumbang medali, maka posisi saya sebagai petingi bidang olahraga akan aman. tak tergoyahkan," pikirnya dalam hati.