Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Yatim Piatu Menatap Mimpi

20 April 2017   21:05 Diperbarui: 21 April 2017   07:00 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mata mata bening dan polos itu menatap biru di atas sana.

Keinginan dan harapan  yang murni terpancar dari sana.

Keinginan mendaki langit dan mengendarai awan.

Serta harapan tentang hidup yang tak lagi redup.

Tidak berbapa, tidak beribu, atau bahkan tidak beribu bapa.

Atau bahkan beribu bapa tapi nasibnya sengaja terlupa. 

Tubuh tubuh mungil itu bergelombang menantang  udara.

Mungkin badai menunggu di depan. Mungkin air pasang menghadang di hadapan.

Mungkin padang duri siap menusuk di tengah jalan. 

Tapi ada tumpukan cinta di sini. Ada timbunan kasih di sini. Ada rimbunan sayang di sini.

Cinta itulah yang akan memberikan kekuatan.  Kasih itulah yang akan membangkitkan keberanian.  Sayang itulah yang akan melafalkan kebajikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun