Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Helaian Kenangan

9 November 2020   22:13 Diperbarui: 9 November 2020   22:37 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://storage.de.cloud.ovh.net

Aku bersua dengan matahari yang sedang memanen daun-daun cempaka. Di batas belantara yang ditandai dengan mata air yang berasal dari airmata perbukitan yang mengalir seperti goresan takdir.

Aku mengambil sehelai kenangan yang terjatuh dan robek karena usia. Membacanya sebagai pasal-pasal lama. Tapi entah kenapa tak pudar oleh zaman. Mungkin karena kenangan itu dilahirkan dari rahim ibunda. Saat aku masih belum mengenal lara. Dan cuaca setiap harinya selalu baik-baik saja.

Membaca kenangan tidak semudah menghafal ayat-ayat cinta. Harus menyusup jauh ke labirin otak. Sementara jantung seolah ditumbuhi banyak onak. Tapi aku tetap baik-baik saja. Tidak ada kenangan yang sanggup melukai hari ini. Kecuali jika sengaja kita asah dengan belati.

Aku pergi memunggungi senja dengan langkah terbata-bata. Aku tinggalkan kenangan di langkan hutan yang sendirian. Biarlah serasah yang basah karena hujan menyimpannya beberapa lama. Sebelum kemarau mengeringkan dan menerbangkan helaiannya kembali kepadaku. Saat aku memang menunggu. Memutarnya sebagai film bisu yang mengharu biru.

9 Nopember 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun