Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Seusap Senyum Kamboja di Malam Buta

28 Oktober 2020   06:01 Diperbarui: 28 Oktober 2020   06:20 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku kesulitan menggaris tepian langit yang patah oleh malam. Tidak ada rembulan. Hanya seusap senyum dari kamboja yang kedinginan.

Barangkali aku semestinya menulis sajak-sajak yang berharap sangat syairnya menghentak-hentak. Tapi yang yang kutemukan justru ceruk hati yang tergeletak. Menunggu. Keseluruhan kilas balik masa lalu.

Memutar pertunjukan film bisu. Ke dalam rangkaian segmen romantisme yang cengeng. Saat airmata terbuat dari hujan. Dan cuaca mendung adalah layar lebar dari bioskop gratisan.

Tidak cukup sampai di situ. Dunia seolah hanya perpustakaan yang terlalu besar. Dengan tumpukan buku-buku usang yang berjajar. Dan semua frasa seolah diciptakan sebagai ujaran-ujaran makar.

Tapi dunia ternyata sangat sempit. Tidak ada jalan lain kecuali menghampiri kepundan lava. Lalu mendakinya. Tidak ada muara selain menyinggahi pantai. Lalu menjemput percikan badai.

Dan drama usai dengan sendirinya.

Disertai dengan upacara pemakaman kata-kata.

Bogor, 28 Oktober 2020    

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun