Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Seorang Wanita dengan Saujananya

22 September 2020   00:05 Diperbarui: 22 September 2020   00:47 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://cdn.pixabay.com

Kau berdiri di perempatan malam yang lupa telah mengenal purnama. Sorot matamu menghunjam kegelapan secara sempurna. Kau berharap menemukan sekumpulan rasi. Di langit yang sedang pucat pasi. Setelah mengiris bulan September. Melalui ketajaman hujan yang turun menyerupai gletser.

Kau mencari-cari dengan gamang. Di mana gerangan sarang kunang-kunang. Kau ingin meminjam setitik cahaya. Untuk menyalakan pelita di hatimu yang bermuram durja.

Bukan karena teriris duka. Atau tersayat nestapa. Kau hanya sedang meramu sandyakala. Dari sekian usia yang telah kau lalui. Berapa banyak cinta yang bisa kau temui.

Hari ini, kau kembali menjumpai pusat rasi tempatmu menanam tembuni. Bagimu, berkekasih sunyi telah terlampaui. Kini saatnya memanen remah-remah matahari. Agar kau bisa menanami terik dengan bunga. Agar kau bisa mendulang cahaya sejauh saujana.

Malam ini, ada irisan takdir yang mesti kau tulis. Bagimu, sajak-sajak liris adalah gerimis. Sekarang waktunya membaca buku tidak dengan hati gagu. Karena kau telah menyimpan baik-baik samsara masa lalu.

Bogor, 22 September 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun