Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Mentertawakan Buku-buku Muram

21 Februari 2020   22:19 Diperbarui: 21 Februari 2020   22:22 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://images.pexels.com

Meski kesedihan itu bermuka muram, tetap saja sanggup mengalirkan diksi-diksi laksana jeram.

Duduklah di meja kerjamu yang temaram. Coba bayangkan di sampingmu ada rembulan. Kau tak perlu menyalakan lampu. Cukup bersedeku di hadapan buku-buku. Kau akan segera menemukan kalimat-kalimat rindu.

Di dalam kalimat-kalimat itu, kau tak akan menemukan satupun kepedihan. Setiap kata adalah kegembiraan. Mungkin memang akan ada sedikit kekhawatiran. Tapi aku rasa itu bisa diredakan dengan tertawa. Tentang apa saja. Kecuali, jangan pernah sekali-kali kau mentertawakan orang yang patah hati karena cinta.

Alasannya sederhana. Orang patah hati, adalah kombinasi antara serigala, rajawali, dan kelinci. Di satu waktu melolong-lolongkan kenyerian, lalu menyambar-nyambar kesendirian, di dalam lubang-lubang yang cuma berisi kecemasan.

Hati-hati. Dia bisa dengan mudah menyusup menjadi mata-mata. Agar kau tak segan ikut meruntuhkan airmata.

Karena itu lebih baik jika kau berpura-pura diam. Lalu bertingkah bahagia dengan mentertawakan buku-buku muram.

Bogor, 21 Februari 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun