-----
Suasana di reruntuhan candi itu kembali tenang. Mang Ujang dan Kang Maman segera menyadarkan kedua teman mereka yang tidak sadarkan diri di panggung. Pak Acep memberikan air minum yang telah diberinya doa-doa agar kedua temannya tidak linglung dan kebingungan.
Raja dan teman-temannya segera berbenah untuk meninggalkan tempat itu. Mereka telah memeriksa Dara dan Dewi serta memastikan detak nadi kedua gadis itu telah kembali normal. Tanda lahir berupa ombak lautan di bahu mereka juga telah lenyap dengan sendirinya.
Semuanya lega. Ekspedisi candi laut selatan ini nyaris merenggut nyawa beberapa orang. Mereka sangat bersyukur bisa terhindar dari malapetaka di detik-detik akhir. Tanpa sedikitpun menyadari bahwa sesungguhnya faktor darah Raja lah yang telah menyelamatkan mereka semua.
Raja menghampiri Raka yang sedang menyendiri setelah mereka selesai berkemas dan bersiap meninggalkan tempat ini.
"Apa yang sedang kau lakukan Raka?" Raja menyapa halus temannya yang kelihatannya sedang sangat berkonsentrasi.
Raka tidak menjawab. Diangsurkannya sebuah kertas berisi sketsa.
"Aku mendapatkan penglihatan lagi agar menggambar sketsa ini Raja."
Raja meraih kertas berisi sketsa dan membaca judulnya; Jembatan Cipamali.
Bersamaan dengan itu, terdengar jeritan nyaring di pinggir sendang tempat Dara dan Dewi tadi berpamit membersihkan diri.
Serentak semua orang berlarian menuju asal jeritan. Begitu tiba di sana, semuanya mengerumuni Dara yang sedang memangku tubuh Dewi yang pingsan.