Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Penjelajah Masa Lalu (Episode Akhir, Candi Laut Selatan)

19 Oktober 2019   18:43 Diperbarui: 20 Oktober 2019   19:00 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanpa mempedulikan tatapan takjub dari beberapa manusia yang berdiri tidak jauh dari panggung, Sang Ratu menuruni tangga kereta lalu menaiki undakan panggung. Tangannya terangkat ke atas memerintahkan semua pengikutnya bangun dari sujud mereka. Suaranya seolah berbisik tapi terdengar begitu lantang berwibawa. Mengiris-iris hati siapapun yang mendengarnya seakan suara itu sanggup membelah-belah kekuatan hati dan jiwa.

"Dua sesajen laki-laki ini tidak akan ada artinya jika tidak ada putri sesaji di antaranya. Bawa mereka ke atas panggung. Bulan Darah hanya ada di malam ini atau kita harus menunggu 100 purnama lagi."

Serentak semua perempuan menoleh ke arah Dara dan Dewi. Si pemimpin malah bergerak menghampiri. Pandang matanya tajam dan mengancam.

Wajah Sang Ratu berubah seketika begitu melihat Raja melangkah ke depan Dara dan Dewi. Menghalangi. Diikuti Raka dan Bima. Mang Ujang, Kang Maman, dan Pak Acep hanya bisa terpaku. Kejadian di hadapan mereka ini terlalu menakutkan dan di luar kemampuan mereka.

Si pemimpin mengibaskan tangannya. Mengerahkan kekuatan mistis untuk menyingkirkan Raja dan kawan-kawannya.

Raka dan Bima merasakan sebuah terjangan angin yang sangat keras mendorong mereka ke belakang. Keduanya jatuh terguling dengan dada sesak dan tubuh menggigil.

Tapi Raja sama sekali tak bergeming. Dia tidak mengerti mesti melakukan apa. Raja hanya berusaha keras mengikuti nalurinya saja.

Si pemimpin menjerit nyaring. Sebuah perintah kepada anak buahnya untuk ikut menyerang Raja dan menangkap Dara dan Dewi. Serentak sebagian perempuan berlarian menerjang Raja dan sebagian lagi mengarah Dara dan Dewi.

Suasana tegang luar biasa. Raja berusaha keras melindungi Dara dan Dewi dengan terus berada di depan mereka berdua. Siapa saja yang mendekat didorongnya mundur. Dan akibatnya sungguh tak terduga. Begitu bagian tubuh mereka tersentuh oleh tangan Raja, seluruh tubuh kontan terbakar. Hangus menjadi abu.

Belasan perempuan abdi laut selatan telah meregang tubuh fananya. Namun para perempuan yang tersisa itu sama sekali tidak mengenal takut. Terus maju melaksanakan perintah pemimpinnya. Raja kewalahan. Dia tidak terluka. Namun terus terdesak ke belakang karena serbuan perempuan-perempuan itu begitu membabi buta.

Di saat situasi menjadi sangat genting, Dara dan Dewi saling berpegangan tangan. Keduanya saling memandang dan menganggukkan kepala. Sepakat apa yang harus dilakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun