Perubahan air muka Raka terlihat begitu jelas sehingga Raja dan Bima menoleh ke arah pandangan Raka. Keduanya pun kaget bukan alang kepalang.
-----
Dari atas pohon, Ketiga penduduk desa yang dicekam rasa ketakutan itu menyaksikan betapa harimau yang sudah dikabarkan punah itu mengendus-endus udara. Mungkin sedang membaui mereka! Ketiganya menahan nafas dalam gigil yang begitu kentara.
Dugaan ketiganya tidak terbukti. Setelah berhenti sebentar di bawah pohon air, harimau itu berjalan perlahan-lahan meninggalkan tempat itu. Langsung melangkah di air dan menuju tengah situ!
Ketiga orang itu begitu takjub menyaksikan harimau itu sama sekali tidak berusaha berenang sama sekali meskipun air sudah mencapai leher, lalu menenggelamkan seluruh tubuhnya.
Ketiganya saling berpandangan. Tidak salah lagi! Harimau itu pasti harimau jadi-jadian!
Pak Acep turun dari pohon terlebih dahulu. Disusul berturut-turut oleh Mang Ujang dan Kang Maman.
"Tempat ini sungguh aneh Pak Acep. Terlalu aneh. Seur anu teu kahartos ku nalar," Mang Ujang membuka percakapan sambil mengusap keringat yang tak berhenti menetes di dahinya. Harimau jadi-jadian tadi sungguh menakutkan.
Pak Acep hanya mengangguk tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Dia sepakat tentang hal itu. Tadi saja waktu dia melakukan samadi, tiba-tiba saja muncul suara geraman menakutkan yang ternyata harimau jadi-jadian yang sengaja datang untuk mengganggu ritualnya.
Dan dia tidak kuat. Lari tunggang langgang lalu menemukan pohon tinggi ini. Bertepatan pula dengan kedatangan teman-temannya yang entah bagaimana tiba-tiba muncul di bawahnya.
Duh, kumaha yeuh?
Jakarta, 3 Oktober 2019