Sesungguhnya matahari terbit hanya untuk mematahkan mantra-mantra kegelapan yang dirapal oleh orang-orang kesepian. Mereka ingin malam selalu ada di samping mereka. Dalam kegelapan, kesepian mendapatkan rumah yang tepat untuk bersuka cita.
Apakah kesepian memang dibuat untuk orang-orang yang patah hati? Kemudian memparadekan kemewahan bunuh diri?
Atau apakah kesepian hanyalah sebuah kosakata yang sengaja dibuat oleh para pujangga agar bisa dikoloni semaunya dalam puisi-puisi mereka yang rata-rata terdengar murung? Sehingga para pujangga itu terselamatkan dari keramaian para perundung yang menuduh mereka selalu mengirimkan pesan-pesan tentang mendung?
Entahlah. Yang jelas kesepian adalah sebuah suasana yang nyaris tak bertuhan. Suara-suara yang timbul hanyalah bunyi nyaring dari kekosongan. Dan buku-buku yang dibaca adalah buku-buku tentang maut dan perpisahan.
Bicara tentang kesepian adalah bicara mengenai langit yang kehilangan warna biru, atau laut yang dipisahkan dari terumbu, atau seorang kekasih yang mengutuk cintanya sendiri menjadi batu.
Bicara tentang kesepian sebenarnya sangat menyenangkan. Karena dari situlah kita tahu seharusnya di mana koma mesti diletakkan, juga di waktu seperti apa titik semestinya dinoktahkan.
Dan kita bisa mengakhiri kesepian.
Dengan cara menemukan kembali percakapan.
Pekanbaru, 30 Juli 2019
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI