Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tetralogi Air dan Api, Idu Geni

15 Maret 2019   06:34 Diperbarui: 15 Maret 2019   06:38 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bab XIII-1

Bab XIII-2

"Heeeiii!  Nenek sihir!....untuk apa kau ikut-ikut masalah ini?...kau tidak punya wewenang di sini...pulanglah!  Atau pergilah ke Pesanggrahan Bubat!  Uruslah makam kekasihmu itu di sana!"

Putri Anjani sengaja memancing kemarahan Dewi Mulia Ratri.  Dia tahu, menyebut-nyebut nama mendiang Andika Sinatria akan membuat amarah menggelegak dahsyat di hati gadis itu.

Benar saja.  Dewi Mulia Ratri mendelik marah bukan main.  Gadis ini tanpa ba bi bu lagi langsung menyerang Putri Anjani dengan hebat.  Yang diserang tersenyum-senyum mengejek sambil menghindar dan balas menyerang dengan tak kalah hebat. 

Terjadilah pertempuran yang luar biasa dan mencengangkan semua orang.  Kedua tubuh gadis itu seperti dua bayangan yang menari nari di tengah tengah badai.  Dewi Mulia Ratri mengerahkan ajian Lembu Sakethi dan jurus-jurus Pena Menggores Awan, sementara Putri Anjani langsung saja memainkan jurus-jurus Badai Laut Utara.

Ini bukan sebuah pertarungan biasa.  Kedua gadis ini sudah tergolong tokoh tokoh kelas atas dunia persilatan.  Panglima Candraloka dan Bimala Calya yang tadi datang bersama Dewi Mulia Ratri sampai harus jauh-jauh menepi dari gelanggang pertarungan.  Angin yang ditimbulkan oleh pertarungan ini menderu deru tidak hanya di seputaran gelanggang, namun sampai juga puluhan depa di sekitaran gelanggang. 

Sepuluh jurus berlalu.  Tidak nampak ada yang terdesak.  Senjata pena yang dipegang Dewi Mulia Ratri menulis-nulis udara dengan garang.  Mengarah ke titik-titik terlemah di tubuh Putri Anjani.  Sedangkan jurus-jurus Badai Laut Utara menimbulkan badai kecil sungguhan yang membuat debu dan daun-daun beterbangan ke udara. 

Luar biasa!  Pertarungan yang seimbang.  Kedua gadis yang sama-sama keras hati ini mengerahkan segala upaya untuk menjatuhkan lawan.  Putri Anjani berpikiran untuk mengeluarkan ilmu terbarunya, Sihir Tanah Seberang, untuk membarengi pukulan Badai Laut Utaranya yang ganas.  

Namun gadis ini lalu teringat bahwa Dewi Mulia Ratri adalah seorang ahli sihir yang luar biasa.  Pewaris tunggal kitab sakti Ranu Kumbolo yang berisi sihir sihir tingkat tinggi.  Dia tidak mungkin mengerahkan ilmu sihir terhadap gadis dari Sanggabuana ini.

Putri Anjani menjadi tidak sabaran lagi.  Ini harus segera diakhiri.  Jika masih terus begini, ratusan jurus berlalupun mereka tidak akan bisa saling mengalahkan.  Putri Anjani mulai mengerahkan ilmu pukulan Gora Waja yang dahsyat.  Gerakan-gerakannya berubah agak kaku.  Namun jauh lebih mengerikan.  Kulit tubuhnya berubah mengkilat-kilat dan lengannya bahkan kaku sekeras baja.  

Sempat tadi Dewi Mulia Ratri menyarangkan beberapa pukulan Lembu Sakethi ke tubuh Putri Anjani.  Hanya untuk mendapati tangannya tergetar keras dan terasa kesakitan.  Kekebalan dan daya tahan tubuh Putri Anjani bahkan bisa menahan ilmu pukulan sedahsyat Lembu Sakethi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun