Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tetralogi Air & Api, Petualangan Cinta Air dan Api

3 Januari 2019   07:46 Diperbarui: 3 Januari 2019   08:59 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dyah Puspita yang sudah sangat kepayahan berteriak kepada Arya Dahana," Arya...em..empat puluh... li...lima kali jungkir balik!  Ka...kau yang hi..hitung...ya....!"

Arya Dahana mengerutkan keningnya mendengar suara terpatah patah Dyah Puspita.  Tapi dia tidak sempat berpikir panjang karena situasi sangat genting sekarang, pemuda itupun menyahut keras," satu....dua....tiga!"

Dua tubuh itu melesat ke atas dalam posisi jungkir balik berkali kali.  Tumpuannya adalah sisik keras dan leher Naga yang sedang kebingungan itu. Pada hitungan ke empat puluh lima mereka menghentikan jungkir baliknya dan sampailah mereka di....kepala naga.

Tepat saat mereka mendarat di kepala Sang Naga, Dyah Puspita terkulai lemas dan hampir saja terjatuh jika saja Arya Dahana tidak cepat cepat menangkap tubuhnya.  Gadis perkasa ini sebelum jatuh terkulai sempat mencabut mustika api di kepala Sang Naga. 

Arya Dahana terperanjat bukan main melihat keadaan Dyah Puspita yang sangat mengkhawatirkan.  Tubuhnya kejang kejang dengan wajah membiru. Sambil mengerahkan tenaganya yang terakhir, Dyah Puspita meraih kepala Arya Dahana, membuka mulutnya dan memasukkan mustika api ke dalamnya lalu menekan leher pemuda itu agar batu kecil bercahaya itu masuk tertelan.

Arya Dahana gelagapan dan hampir tersedak.  Tak urung batu kecil itu telah tertelan olehnya.  Pemuda itu sama sekali tidak bisa berpikir yang lain. Sambil menggendong tubuh Dyah Puspita yang sudah sepenuhnya lemas, dia melompat turun dari kepala Sang Naga.  

Sang Naga hanya berdiam diri saat sepasang muda mudi yang telah berhasil merebut mustika di kepalanya terjun ke bawah.  Naga raksasa itu malah menggeser tubuhnya menjauh, melayang ke udara sejenak, lalu terjun masuk kembali ke dalam kawah Merapi.  Rupanya legenda itu benar.  Begitu mustika tercabut dari kepalanya, Sang Naga akan reda kemarahannya dan masuk lagi ke peraduannya di perut Merapi.

Semua pertempuran serentak terhenti ketika semua orang mendengar suara lengkingan terakhir Sang Naga sebelum terjun ke dalam kawah Merapi. Tidak ada satupun yang mengetahui bahwa mustika itu telah berhasil diambil oleh Dyah Puspita dan ditelan oleh Arya Dahana.

Arya Dahana membaringkan tubuh Dyah Puspita di pangkuannya.  Tubuh gadis itu sangat lemas tanpa daya sama sekali.  Dirabanya pergelangan tangan gadis itu.  Detak nadinya sangat sangat lemah hampir tidak terasa sama sekali.  Dewi Mulia Ratri, Bimala Calya, Andika Sinatria dan Putri Anjani telah berada di samping Arya Dahana.  Dewi Mulia Ratri dan Bimala Calya ikut berjongkok memeriksa keadaan Dyah Puspita. 

Kedua wajah gadis yang dalam beberapa hari terakhir bersama sama terus dengan Dyah Puspita ini pucat pasi.  Airmata mulai mengalir turun dari sepasang mata keduanya.

"Ar...Ar...Arya...men...dekatlah...ke...sini...sa...sayang.." suara lirih terbata bata Dyah Puspita memanggil Arya Dahana yang masih memangkunya namun diam seperti arca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun