Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tetralogi Air dan Api, Petualangan Cinta Air dan Api

2 Januari 2019   08:55 Diperbarui: 2 Januari 2019   09:36 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Benar benar kebetulan yang sangat sial bagi Arya Dahana.  Karena tepat pada saat Dewi Mulia Ratri menudingkan telunjuknya, tepat saat itu pula Arya Dahana muncul dari balik rimbun perdu.  Pasukan gaib itu mengeluarkan suara suara aneh mengerikan.  Gerakan mereka cepat dan bertenaga kuat.  

Cakar cakar panjang menakutkan berkelebatan menyambar nyambar Arya Dahana.  Gigi gigi taring berlumuran darah mengincar leher dan tubuh pemuda itu.

Terdengar jerit ngeri melengking waktu Dyah Puspita dan Bimala Calya yang menyusul Arya Dahana dari belakang menyaksikan pemuda itu diserang oleh pasukan yang luar biasa aneh dan menakutkan.  Beberapa mahkluk gaib itu mendengar jeritan Bimala Calya.  Sebagian dari pasukan gaib itu langsung memisahkan diri dan menyerang Dyah Puspita dan Bimala Calya.

Awalnya tadi Dewi Mulia Ratri berniat menyuruh mundur pasukannya ketika dilihatnya yang diserang adalah Arya Dahana.  Namun niat itu ditariknya kembali saat Dyah Puspita dan Bimala Calya muncul di belakang Arya Dahana.  Dia tidak hendak mencelakakan kedua gadis itu meski panasnya hati tadi malam meluap lagi.  Biar mereka menjerit jerit ketakutan dulu baru dia akan menarik mundur pasukannya yang mengerikan itu.

Belum sempat kenikmatan yang ditunggu Dewi Mulia Ratri itu datang, pasukannya yang menyerang Dyah Puspita dan Bimala Calya ternyata sudah membeku dan hancur jadi debu satu demi satu.  Dyah Puspita terlihat membagi bagikan pukulan luar biasa yang sangat terasa hawa dinginnya hingga ke tempatnya berdiri.  Pukulan Busur Bintang Dyah Puspita memang belum sempurna, namun sudah sampai pada tingkatan tinggi.  Dan itu cukup untuk menghadapi pasukan gaib yang tidak akan mempan jika dihadapi dengan ilmu kanuragan biasa.  Bimala Calya terus saja berlindung di belakang Dyah Puspita.  Matanya dipejamkan.  Mulutnya komat kamit tidak karuan. 

Rupanya gadis ini sedang mengalami rasa ketakutan yang luar biasa.  Bimala Calya terbiasa dengan dunia hitam dan penuh kejahatan.  Namun melihat secara langsung makhluk makhluk dari alam gaib ternyata membuatnya sangat ketakutan.

Di tempat yang tidak terlalu jauh, Arya Dahana mengerahkan ilmu pukulan Geni Sewindu hingga tingkat tertinggi.  Karena hanya tingkat tertinggilah yang bisa menghadapi sihir dan kekuatan gaib.  Tubuh pemuda itu berkilau keperakan.  Saat tangannya dipukulkan ke depan.  Berkelebatan sinar sinar keperakan yang menyambar nyambar makhluk makhluk itu.  Begitu tersentuh atau terkena sinar keperakan, tubuh tubuh fana makhluk makhluk itu langsung saja gosong menjadi arang dan seketika ambyar menjadi abu.  

Tidak sampai beberapa jeda, puluhan makhluk yang menyerangnya sudah lenyap dari depan mata.

Dewi Mulia Ratri  menggeram marah melihat ini.  Tubuhnya meluncur ke depan menyerang Arya Dahana.  Tidak main main, dikerahkannya pukulan sakti Pena Menggores Awan yang terkenal.  Asap putih bergulung gulung seperti badai mendahului serangan.  Arya Dahana tentu saja terperanjat bukan kepalang.  

Gadis ini menyerangnya membabi buta.  Penuh dengan kemarahan yang meluap luap.  Arya Dahana tentu saja tahu betapa hebatnya tingkat ilmu gadis Sanggabuana itu.  Pemuda ini berusaha mempertahankan diri tanpa balik menyerang.  Akibatnya tentu saja dia kewalahan.  Pemuda ini terdesak mundur dengan hebat. 

Nampak sekali bahwa Arya Dahana hanya mengalah setengah pasrah.  Jika ini dilanjutkan, bisa dijamin bahwa pemuda itu akan terluka.  Sedangkan Dewi Mulia Ratri seperti orang yang gelap mata.  Serangannya mengalir bertubi tubi tanpa henti.  Dyah Puspita yang berhasil menghancurkan lawan gaibnya yang terakhir, melihat Arya Dahana dalam bahaya besar.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun