Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tetralogi Air dan Api, Lahirnya Air dan Api

14 Desember 2018   13:02 Diperbarui: 14 Desember 2018   13:13 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Pangeran! Meskipun pangeran adalah keluarga kerajaan, tapi kekurangajaran ini bisa membuat pangeran babak belur.  Paduka Raja pasti tidak akan keberatan jika saya menghajar putranya yang bertindak lancang kepada perempuan!"

Pangeran Bunga melangkah mundur mendengar ancaman ini.  Dia tidak takut pada gadis manis ini.  Tapi lebih takut pada ancaman dilaporkan kepada ayahnya.

"Baiklah mawar pagi.  Mungkin hari ini aku gagal membawamu dalam pelukanku.  Tapi percayalah...aku tidak akan menyerah.  Lain hari, kamu pasti akan memohon mohon agar aku memelukmu."

Dengan penuh percaya diri pangeran ini berucap penuh kesombongan.  Kemudian pergi dari tempat itu dengan bersungut sungut.  Putri Anjani yang sedang dalam amarah, melontarkan senyuman mengejek mengiringi kepergian Pangeran Bunga.  Dia benci sekali kepada Dewi Mulia Ratri, namun dia tidak sudi merendahkan diri bersekutu dengan pangeran cabul itu.  Yang penting dia tahu bahwa ternyata ada juga orang yang membenci Dewi Mulia Ratri sedalam dirinya.

Kembali ke hari pemilihan.  Sudah ratusan orang yang menjalani ujian.  Namun hanya separuhnya yang sanggup sampai ujian yang terakhir.  Dewi Mulia Ratri dan Putri Anjani mengamati semua orang dengan teliti.  Mereka tidak ingin salah memilih orang.  Dan tentu saja, mereka tidak ingin didahului yang lain dalam memilih.  

Ketika pemilihan memasuki waktu tengah hari, pangeran yang dinanti nanti oleh mereka berdua muncul.  Kontan saja dua gadis cantik ini teralihkan perhatiannya.  Sang pangeran memang benar benar tampan dan gagah bukan main.  Apalagi kali ini dia mengenakan baju seragam pengawal Kujang Emas.  Dua gadis ini terbengong bengong.  Hanya bedanya, jika Dewi Mulia Ratri cepat cepat melengos ketika bertemu pandang, maka Putri Anjani berani balik menatap...dengan sangat mesra!

Andika Sinatria mengambil posisi di tengah tengah mereka.  Wajahnya yang tampan bersemu merah saat kedua gadis ini sering mencuri pandang ke arahnya.  Jantungnya berdebar debar.  Dua gadis berilmu tinggi dan sama sama cantik jelita ini kelihatannya menaruh hati kepadanya.  Dia tidak akan sukar untuk mengatakan yang mana di antara mereka yang telah menjatuhkan hatinya.  Namun sangat sukar baginya untuk menyampaikan secara langsung karena dia tidak mau gadis satunya menjadi patah hati.  Dan dia tidak mau itu terjadi.  

Kerajaan sangat membutuhkan mereka berdua.  Dia sanggup mengorbankan hati dan jiwanya untuk kerajaan.  Sehingga dia tidak akan ragu ragu untuk tidak akan memilih satu di antara mereka jika itu memang harus terjadi.

Mendekati petang, pemilihan hari pertama hampir usai.  Tinggal beberapa ratus saja yang masih belum menjalani ujian.  Lima ratus orang telah terpilih.  Tiga ratus orang dipilih oleh Putri Anjani dan dua ratus orang dipilih oleh Dewi Mulia Ratri.  Andika Sinatria juga ikut membantu dua gadis itu memilih dengan memberikan saran saran.  

Bagi para calon yang sudah terpilih, langsung ditempatkan di rumah rumah dan barak yang memang sudah dipersiapkan oleh kerajaan.  Karena mereka adalah pengawal istana, tentu saja rumah dan barak itu tidak jauh dari istana. 

Dan hari pun berakhir.  Alun alun itu kembali sepi.  Petang datang dengan terburu buru.  Bulan yang sedang kesepian mulai mengintip di para-para langit.  Suara burung malam berhasil memecah kesunyian.  Memberikan pertanda kepada semua orang agar menutup pintu rumah dan bersiap siap membangun mimpi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun