Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Kegilaan di Museum

26 Oktober 2018   16:20 Diperbarui: 27 Oktober 2018   18:13 1354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Geni mengerahkan ingatannya.

Setengah berlari Geni memutari ruang tawanan menuju ruang pameran di atas melalui undak-undakan yang melingkar. Tangga itu hanya bisa dimunculkan jika sebuah tuas kecil yang tersembunyi di balik bata diungkit.

Geni muncul di ruang pameran yang kebetulan sedang sepi pengunjung. Sembari terus menelusuri jejak ingatannya tentang rahasia dalam rahasia yang dulu diceritakan Baron, Geni dengan tergesa-gesa mengikuti lorong panjang menuju pintu keluar belakang musium. Pintu yang jarang sekali digunakan kecuali hanya untuk proses pemindahan barang berharga.

Ah, betul-betul sialan! Kenapa aku jadi begitu ceroboh? Shit!

Geni ingat sekarang bahwa di ruang tawanan terdapat tombol rahasia di lantai yang bisa membuka pintu kecil yang juga terletak di lantai. Pintu itu kalau tidak salah masuk ke ruang bawah tanah level berikutnya dan berakhir di pintu belakang musium.

Mata Geni melotot tak percaya! Astaga! Pintu belakang itu masih berderit lemah ketika dia tiba di sana. Tanda habis dibuka oleh seseorang. Geni memucat. Siapa lagi kalau bukan En!

Satpam pun tidak punya akses ke pintu itu. Kecuali direktur musium.

Benar! Geni berdiri di tengah pintu yang dia buka hanya untuk menyaksikan sebuah mobil sedan hitam keluaran terbaru berdecit-decit berhenti sambil membuka pintu belakang. Menelan tubuh mungil En yang langsung lenyap di dalamnya. Mobil yang pernah dilihatnya menurunkan si nyonya bergaun merah!

Geni terpaku saat mobil itu melintas kencang di hadapannya. Des di belakang kemudi dengan wajah esnya mencibir penuh ejekan. Di sampingnya El menyeringai sambil memberikan tanda menyembelih di lehernya. Sedangkan di jok belakang seorang perempuan yang sedang hamil menatapnya lekat-lekat. Di samping En yang tertawa sambil mengangkat sebuah handphone kecil di tangannya.

Padahal Geni yakin sudah menyita handphonenya tadi. Padahal Geni yakin sekali pintu rahasia itu hanya sedikit orang yang tahu. Padahal dia hanya terlelap sekejap saja. Padahal.....

Geni balik kanan. Menutup pintu secepatnya. Berlari menuju pintu depan musium. Dia harus menemui seseorang yang bisa membantunya dalam menghadapi segmen kegilaan ini. Seseorang yang sama gilanya tapi Geni yakin orang itu akan membantunya. Lily!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun