Mohon tunggu...
milawati umsupyat
milawati umsupyat Mohon Tunggu... Mahasiswa

Healing, snorkling

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Jejak Sunyi Anak Rantau

12 Oktober 2025   08:32 Diperbarui: 12 Oktober 2025   08:32 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teringat senyum Ayah, yang tak lekang oleh waktu sesaat.

Mereka di sana, menjaga lilin harapan tetap menyala,

Menghitung hari, menanti kabar baik yang kubawa.

Pagi menyingsing, kutinggalkan selimut lelah,

Menjadi bagian dari roda kota yang tak pernah berhenti.

Keringat menetes, demi selembar rupiah yang payah,

Di bawah terik mentari atau hujan yang membasahi sepi.

Aku belajar keras, bahwa hidup tak seindah cerita,

Bahwa berjuang adalah harga mati sebuah cita-cita.

Kadang, terbersit tanya, "Mampukah aku kembali?"

Dengan kepala tegak, membawa mahkota yang mereka impikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun