Yogyakarta -- Sore menjelang malam dengan duduk santai, menunggu orang yang datang untuk membeli sate yang ia jual, dan sering sesekali menyapa dengan perkataan "satenya mas, satenya mbak" itulah keseharianya ibu mahmudah di jalan Malioboro.
Kota Yogyakarta tak berhenti membuat para warga perantauan berdatangan untuk mencari nafkah di daerah tersebut. Seperti ibu mahmudah (46) perempuan yang berasal dari Sampang, Madura rela merantau ke Yogyakarta untuk mencari pundi-pundi uang demi memenuhi kebutuhan keseharianya. Dengan mengandalkan makanan khas ia berasal yaitu sate Madura, ibu mahmudah menjadikanya sumber pokok penghasilan keseharianya.
"iya, saya hanya bergantung pada berjualan sate untuk penghasilan sehari-hari," ungkap mahmudah
Jika menyebut kata Malioboro sudah pasti warga net tidak merasa asing dengan daerah tersebut. Malioboro yang selalu ramai dengan touris dari berbagai daerah, membuat para warga perantauan mengadu nasib dan mencari nafkah di jalanan Malioboro, Yogyakarta.Â
Sudah tak heran lagi jika sepanjang jalanan malioboro dipenuhi oleh pedagang-pedagang seperti baju, aksesoris, kuliner, dari situlah para pedagang memanfaatkan datangnya para touris untuk berjualan.
Yogyakarta yang juga terkenal dengan budaya dan kulinernya membuat para wisatawan dari berbagai daerah tertarik untuk mengunjunginya. Hal ini yang membuat ibu mahmudah memutuskan untuk merantau selama lebih dari 20 tahunan.
"saya merantau sudah lama kira-kira ya 20 tahunan lebih, saya merantau dengan suami saya dan anak-anak," imbuh mahmudah.
Ibu Mahmudah yang baru 3 tahun berjualan di jalan malioboro yang sebelumnya sudah lama di dekat tugu Yogyakarta dan kebetulan suaminya juga ikut berjualan sate denganya. Malioboro sendiri baru dibuka untuk kuliner mulai jam 17.00-23.00 tentunya ini setelah kelonggaran selama covid-19 menyebar di Indonesia.
Hal tersebut membuat ibu Mahmudah dan para pedagang lainya juga merasa berkurangnya pendapatan mereka. Apa lagi sebelumnya hanya sampai jam 20.00 dan itu membuat para pedagang yang ada di jalanan malioboro merasa keberatan dengan adanya aturan jam tersebut.
Penghasilan yang ia dapatkan dari berjualan sate sebelum covid-19 dan ketika mewabahnya covid-19 sangat berbanding jauh. Sebelum covid-19 penghasilanya bisa mencapai 200-300 ribu rupiah dalam 1 hari, ketika awal munculnya covid hanya berkisaran 50-100 ribu rupiah.
"penghasilan yang saya dapatkan biasanya bisa mencapai 200-300 ribu, nah berbeda jauh sama sebelum covid, waktu awal corona itu cuman 50-100 ribu per harinya mas, tapi untungnya karena anak saya udah mulai sekolah tatap muka jadinya keperluan untuk paket internet anak tidak begitu besar ketimbang dengan sekolah daring" imbuh ibu Mahmudah.
Penjualan sate terlaris biasanya setiap sabtu dan minggu karena memang pengunjung malioboro menaik drastis dibandingkan dengan hari-hari biasanya.
"penghasilan terbesar sih pastinya setiap sabtu sama minggu sih mas, karena emang rame-ramenya," imbuh mahmudah.
Harga satenya sendiri bermacam-macam mulai dari 15.000 sate daging dengan lontong, kemudian sate telur dengan lontong 23.000. setiap harinya ibu Mahmudah membawa 70-100 tusuk sate. Sate yang dibawanya ialah sate ayam.
Penyajianya pun tak butuh waktu lama karena kurang dari 3 menit sate ayam hangat dengan bumbu kacang itu siap disantap. Bumbu kacang yang dihaluskan dan dicampur dengan kentalnya kecap, membuat mulut ingin terasa ingin segera menyaptapnya. Tak ketinggalan irisan lontong sesuai selera juga menambah kepuasan bersantap kuliner saat malam hari di kawasan Malioboro.
Menurut pembeli sate milik ibu mahmudah, Rasa satenya juga enak ditambah lagi dengan bumbu kacang dan diberi kecap yang tidak terlalu manis juga sehingga pas perpaduanya
"ya satenya juga enak kok mas tidak terlalu manis bumbu kacangnya juga mantap," ungkap pembeli sate.
Kegiatan dari pagi hari mahmudah sudah harus ke pasar untuk membeli daging,bumbu, dll. Kemudian ia memotong-motong daging sesuai ukuran sate dan menjelang sore ia harus berangkat ke Malioboro.Â
Bulan November-Desember ini karena cuaca extream biasanya malam juga hujan membuat mahmudah libur untuk berjualan sate, padahal jualan sate sumber pokok penghasilanya
"ya sekarang ini to mas sore, malem juga biasanya hujan ya mau gimana lagi, ya terpaksa harus libur dulu," tambah mahmudah.
Harapan pelaku usaha di Malioboro semoga kembalinya ekonomi menjadi normal seperti biasanya sehingga wisata Malioboro kembali padat dan ramai, tidak hanya di Malioboro tetapi di seluruh daerah yang terkena dampak wabah covid-19.
"harapan bagi kami sektor ekonomi dan pariwisata kembali normal seperti dulu, para pengunjung ramai dagangan juga laris. Beda sekali dengan sekarang pendapatan sangat menurun jauh semenjak adanya wabah covid-19 di Indonesia," ungkap salah satu pedagang pakaian.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI